Media Asuransi, JAKARTA – Harga Bitcoin (BTC) naik 0,64 persen dalam 24 jam terakhir pada 9 Oktober 2025, menjadi sekitar US$122.273 atau sekitar Rp2,0 miliar (kurs Rp16.536). Hal ini melanjutkan tren positif mingguan yang tumbuh sebesar 3,07 persen dan bulanan tumbuh 9,22 persen.
Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, meningkatnya permintaan institusional lewat ETF, dan kekuatan teknikal harga yang tetap terjaga di atas level support penting.
|Baca juga: ‘Uptober’ Bisa Jadi Awal Reli Besar Harga Bitcoin
Risalah rapat FOMC yang dirilis minggu ini memperlihatkan sikap lebih dovish dari para pejabat The Fed. Menurut data CME FedWatch, sebagian besar peserta menilai bahwa pelonggaran kebijakan moneter ‘tepat dilakukan’ untuk sisa tahun ini, dengan peluang 92,5 persen pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis points pada pertemuan 29 Oktober 2025 mendatang.
|Baca juga: Investasi yang Masuk ke RI Belum Sepenuhnya Berdampak terhadap Penciptaan Lapangan Kerja, Kenapa?
Langkah ini menyusul pemangkasan pertama tahun ini pada bulan September, di tengah tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja dan stagnasi inflasi di atas target dua persen. Investor menilai pelonggaran moneter ini akan melemahkan daya tarik dolar AS dan mendorong minat pada aset langka seperti Bitcoin.
Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, bahkan menilai kebijakan ekspansif Amerika Serikat, termasuk injeksi dana US$2,5 triliun melalui program Reverse Repo, akan menjadi bahan bakar utama siklus bullish Bitcoin berikutnya.
“Kebijakan moneter longgar mengurangi daya tarik aset berbasis fiat dan memperkuat narasi Bitcoin sebagai aset lindung nilai terhadap pelemahan dolar AS. Seperti tahun 2020-2021, penurunan imbal hasil riil biasanya diikuti lonjakan permintaan kripto, khususnya BTC,” kata Fyqieh dalam keterangan resmi, Jumat, 10 Oktober 2025.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
