Media Asuransi, JAKARTA – Rencana konsolidasi perusahaan asuransi milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendapat sorotan dari sejumlah pihak termasuk pengamat industri asuransi. Langkah itu secara umum dinilai berdampak baik bagi perusahaan asuransi, namun masih ada sisi negatif yang harus diperhatikan.
Pengamat Asuransi Irvan Rahardjo menyatakan konsolidasi di sektor asuransi berpotensi memberikan dampak positif, terutama dalam meningkatkan kapasitas penyerapan risiko di dalam negeri. Hal ini, menurutnya, sangat penting untuk menekan defisit neraca jasa asuransi yang selama ini banyak mengalir ke luar negeri.
|Baca juga: Laba Bersih Turun, Begini Kata Bos Fuji Finance (FUJI)!
|Baca juga: Bank Mandiri (BMRI) Dorong UMKM Naik Kelas Lewat Digitalisasi Ekspor
|Baca juga: BTN Syariah Catat Pembiayaan Tumbuh 18,2% di Agustus 2025
“Konsolidasi asuransi berdampak baik karena dapat meningkatkan kapasitas daya serap risiko di dalam negeri, sehingga menekan defisit neraca jasa asuransi ke luar negeri,” ujar Irvan, kepada Media Asuransi, dikutip Senin, 20 Oktober 2025.
Irvan menggambarkan konsolidasi akan mendorong optimalisasi daya tampung asuransi dalam negeri dan sinergi antara asuransi BUMN dan swasta. Sinergi ini akan meningkatkan kapasitas akseptasi risiko di dalam negeri, sehingga tidak banyak premi mengalir ke asuransi luar negeri.
Meski demikian, Irvan mengingatkan, konsolidasi yang berujung pada pengurangan jumlah pemain industri juga berpotensi menurunkan tingkat persaingan dan mengurangi pilihan bagi konsumen. Untuk itu, dirinya menyarankan, perlunya menggunakan sistem pola duopoli sebagai alternatif.
“Yang ideal adalah pola duopoli, yaitu membentuk masing-masing dua pemain untuk setiap lini bisnis asuransi agar dapat bersaing satu sama lain. Misalnya Tugu dan Jasindo,” ujarnya.
|Baca juga: Deswa Optimistis Aturan Baru MAB Bisa Pangkas Klaim Asuransi Kesehatan secara Signifikan
|Baca juga: Hartadinata Abadi (HRTA) Pastikan Tidak Ada Aksi Korporasi di Balik Lonjakan Saham
Pengamat Asuransi Wahju Rohmanti menilai konsolidasi merupakan langkah logis yang umum diambil perusahaan untuk mencapai efisiensi, memperluas akses pasar, serta meredam tekanan persaingan yang tidak sehat. Namun, ia menekankan, kondisi khusus industri asuransi Indonesia menjadi pemicu utama konsolidasi saat ini.
“Seperti perusahaan asuransi di Indonesia sekarang ini, konsolidasinya dipicu setidaknya oleh tiga hal, yaitu adanya mandatory peningkatan permodalan, pemulihan dari kasus-kasus asuransi yang belum sepenuhnya berjalan, dan kewajiban Unit Usaha Syariah (UUS) untuk spin-off dari induknya,” tutup Wahju.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
