Media Asuransi, JAKARTA – Chief Executive Officer (CEO) Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) Rosan Roeslani mengumumkan langkah strategis dari pemerintah untuk memangkas jumlah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara signifikan menjadi hanya 230-240 perusahaan dalam lima tahun ke depan.
Rosan menyatakan saat ini perusahaan BUMN tercatat sudah ada lebih dari 1.044 perusahaan. Dirinya awalnya mencatat hanya ada 800 perusahaan BUMN. Namun jumlah ini terus berkembang di 12 sektor hingga mencapai 1.044.
|Baca juga: Bos Danantara Siap Tindak Tegas Praktik Poles Laporan Keuangan di BUMN
“Nah oleh sebab itu kita pun ingin membuat ini efektif, efisien dari seribu. Kita sudah kaji mungkin arahnya hanya sampai 230-240 BUMN nantinya, lima tahun ke depan. Itu memang target dari kami,” ujar Rosan, di Jakarta, Senin, 20 Oktober 2025.
Di sisi lain, ia menjelaskan, Danantara diluncurkan secara langsung oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto pada 24 Februari 2025 di Istana Negara. Konsep Danantara sebenarnya sudah lebih dahulu ada di negara lain. Meski baru terbentuk, namun Danantara telah mencatat pencapaian luar biasa.
Salah satu pencapaiannya adalah memiliki total aset sebesar US$ 1 triliun, menjadikan Sovereign Wealth Fund terbesar kelima di dunia. “Kita baru terbentuk, tetapi total aset kita itu mencapai sekarang US$1 triliun. Menempatkan Danantara menjadi Sovereign Wealth Fund nomor lima terbesar di dunia,” ujar Rosan.
Ia menyebutkan hampir seluruh sektor strategis kini berada di bawah pengelolaan Danantara. Mulai dari sektor perbankan, energi, telekomunikasi, pelabuhan, bandara, hingga pariwisata dan perhotelan. Ini memungkinakan adanya efisiensi dan optimalisasi aset dalam skala besar.
|Baca juga: BRI Life Bentuk MAB untuk Tekan Klaim dan Perkuat Kepercayaan Nasabah
|Baca juga: BPI Danantara Bidik Dividen BUMN Tembus Rp750 Triliun dalam 5 Tahun
Lebih lanjut, dirinya menjelaskan, model pendanaan Danantara bersumber dari dividen BUMN atau invest re-invest langsung oleh Danantara. Maka dari itu memperkecil jumlah perusahaan BUMN dinilai mampu mempercepat transformasi BUMN menjadi entitas yang berkualitas.
“Karena, kita bukan bicara mengenai angka, namun kita membicarakan soal kualitas,” tutup Rosan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
