Media Asuransi, JAKARTA — PT Bank HSBC Indonesia atau HSBC Indonesia mencatat adanya tren perubahan strategi investasi di kalangan para nasabah kaya atau nasabah affluent. Suku bunga yang turun akhir-akhir ini dinilai membuat para nasabah kaya mulai mengalihkan sebagian portofolio ke instrumen dengan potensi imbal hasil lebih tinggi dari simpanan likuid.
International Wealth and Personal Banking Director HSBC Indonesia Lanny Hendra mengatakan penurunan suku bunga menjadi sinyal bagi investor untuk menyesuaikan komposisi aset mereka.
|Baca juga: HSBC Nilai Persaingan Antarbank Tetap Sehat di Tengah Kucuran Rp200 Triliun ke Himbara dan Penurunan BI Rate
“Kalau mungkin dulu suku bunga tinggi, kadar (porsi) cash atau deposito bisa sampai 40 persen. Tapi kalau suku bunga sudah turun, orang akan mencari aset kelas yang bisa memberikan pendapatan lebih baik,” ujar Lanny, di Jakarta, Selasa, 21 Oktober 2025.
Ia menjelaskan penyesuaian portofolio tersebut merupakan bentuk respons alami terhadap perubahan arah suku bunga. Misalnya, jika sebelumnya portofolio terdiri atas 30 persen kas, 40 persen obligasi, dan 20 persen saham maka proporsinya bisa bergeser mengikuti dinamika pasar.
Prinsip diversifikasi aset, lanjut Lanny, tetap menjadi dasar penting dalam menjaga stabilitas hasil investasi. Ia menegaskan penurunan suku bunga acuan tidak menimbulkan kepanikan di kalangan nasabah HSBC. Sebaliknya, para investor justru sudah lebih siap dan progresif dalam menyesuaikan strategi mereka.
|Baca juga: Darya Varia Laboratoria (DVLA) Tebar Dividen Interim Rp45,9 Miliar, Cek Jadwalnya!
|Baca juga: Fransiskus Ruly Borong Saham Chandra Daya Investasi (CDIA), Apa Tujuannya?
“Tren suku bunga turun itu sebenarnya sudah coming, sudah mau datang, dan nasabah-nasabah kami juga portofolionya sudah lebih swinging ke investasi yang bisa memberikan pendapatan lebih,” katanya.
Sebagai informasi, sebelumnya Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen pada periode September 2025.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News