Manfaat Konsolidasi Asuransi dan Reasuransi BUMN

Oleh : Ali. A. Lubis*

Wacana konsolidasi 15 perusahaan asuransi BUMN telah digaungkan oleh Danantara Indonesia (Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara) sebagai holding perusahaan-perusahaan BUMN. Dari 15 perusahaan asuransi tersebut, jumlahnya akan diciutkan menjadi tiga perusahaan utama. “Dengan alasan mayoritas kinerja perusahaan (asuransi BUMN) ini kurang begitu bagus,” ujar Managing Director/Chief Economist BPI Danantara, Reza Yamora Siregar (Kalbar. Antara News.com, 2 Oktober 2025).

Tahapan konsosolidasi penuh ini akan dimulai dengan membuat semua asuransi menjadi satu klaster, karena saat ini walaupun sudah ada Indonesia Financial Group (IFG) sebagai holding, dalam kenyataannya belum semua asuransi ini bernaung di bawah IFG. Langkah pertama yang akan dilakukan adalah me-review neraca keuangan, fundamental bisnis masing-masing asuransi untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing. Langkah selanjutnya adalah membentuk tiga entitas bisnis asuransi yaitu asuransi umum baik konvensional maupun syariah, asuransi jiwa, dan asuransi penjaminan.

Untuk perusahaan reasuransi, saat ini terdapat tiga perusahaan reasuransi  BUMN dan anak-cucu BUMN, yaitu Indonesia Re, Nasional Re, dan Tugu Re. Rencana penggabungan ketiga  perusahaan reasuransi tersebut diharapkan akan memperkuat daya tampung reasuransi di dalam negeri dan memperkecil premi reasuransi keluar.

Dalam praktiknya tidak dapat dipungkiri bahwa 15 perusahaan asuransi BUMN tersebut,  menggarap bisnis yang hampir sama. Misal di sektor asuransi umum (kerugian) ada delapan perusahaan asuransi, yakni Jasindo, Asuransi Asei, Tugu Insurance, BRINS, Tripakarta, Asuransi PLN, Jasa Raharja Putera, dan Bina Griya Upakara. Di sektor asuransi jiwa terdapat enam perusahaan, yaitu IFG Life, BNI Life, BRI Life, AXA Mandiri, PertaLife, Taspen Life, dan Mandiri Inhealth. Sedang pada sektor asuransi dan penjaminan terdapat dua perusahaan, yakni Askrindo dan Jamkrindo.

Sudah barang tentu, perusahaan asuransi BUMN yang menggarap lini bisnis yang sama akan berpotensi memunculkan persaingan diantara mereka, bahkan berdampak pada persaingan tidak sehat karena bertempur di medan yang sama. Dan tentunya tidak dapat diharapkan menjadi market leader. Padahal dengan Indonesia sebagai salah satu negara ekonomi terkuat di ASEAN, asuransi-asuransi BUMN tersebut harusnya menjadi market leader di pasar domestik, sehingga dapat diarahkan untuk berekspansi ke luar negeri.

Tantangan baru pada sektor industri asuransi sudah muncul, yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator telah mengeluarkan kebijakan baru (Pasal 12 POJK Nomor 23 Tahun 2023) yakni pada tahun 2026 pemenuhan ekuitas asuransi umum diwajibkan sebesar Rp250 miliar dan asuransi umum syariah sebesar Rp100 miliar dan kemudian pada tahun 2028 pemenuhan ekuitas minimum berlaku untuk asuransi umum Rp500 miliar, dan untuk asuransi  umum syariah Rp200 miliar, yang akan dimasukkan dalam kategori Kelompok Perusahaan Perasuransian berdasarkan Ekuitas 1 (KPPE 1) dan ekuitas minimum Rp1 triliun dimasukkan dalam kategori KPPE 2.

Adapun manfaat positif pelaksanaan konsolidasi asuransi BUMN ini, antara lain sebagai berikut:

1. Dari segi ukuran (size), konsolidasi ini akan menjadikan asuransi-asuransi tersebut mempunyai permodalan yang lebih besar dan jaringan yang luas.
2. Mempercepat penerapan digitalisasi produk maupun sistem pelayanan.
3. Menciptakan SDM yang mumpuni sebagai out put seleksi internal saat proses konsolidasi tersebut, sehingga SDM dapat menjadi aset penting perusahaan.
4. Fokus bisnis akan lebih terarah, apakah fokus ke segmen retail atau korporasi, selain penugasan khusus dari pemerintah seperti program penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Di sisi lain, tantangan yang masih dihadapi adalah pada pemasaran produk asuransi jiwa yang digabungkan dengan investasi. Karena masih ada rasa trauma nasabah lama dan calon nasabah atas gagal bayarnya beberapa perusahaan asuransi jiwa yang berujung pada penutupan perusahaan, seperti kasus Jiwasraya, Wanaartha Life, dan Kresna Life. Serta AJB Bumiputera 1912 yang masih dalam proses penyehatan di bawah pengawasan OJK.

Salah satu out put dari konsolidasi ini akan muncul struktur organisasi baru yang akan memunculkan tantangan baru, seperti perampingan karyawan maupun penutupan unit-unit bisnis yang akan berujung pada pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran di tengah masih minimnya lapangan pekerjaan baru.

Namun kita berharap, hal terburuk tidak akan terjadi akibat proses konsolidasi ini. Mudah-mudahan ada win-win solution seperti pada saat merger empat bank BUMN, yakni Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Exim, dan Bapindo, menjadi Bank Mandiri, yang tidak begitu menimbulkan banyak gejolak karena diterapkannya metode golden shake hand.

Bekasi, 20 Oktober 2025

*Penulis adalah praktisi dibidang Asuransi