1
1

Imbal Hasil US Treasury Naik, Apakah Reksa Dana Pendapatan Tetap Masih Menarik?

Media Asuransi – Imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) meningkat, yang disebabkan kekhawatiran meningkatnya inflasi dan suku bunga akibat pemulihan ekonomi. Kejadian ini membuat imbal hasil obligasi dunia juga meningkat, tidak terkecuali imbal hasil obligasi Indonesia.

Imbal hasil obligasi pemerintah berdenominasi rupiah dengan tenor 10 tahun saat ini berada di atas level 6,5 persen, meningkat dari kisaran 5,9 persen di akhir tahun 2020. “Jika imbal hasil meningkat, artinya harga obligasinya mengalami penurunan,” kata Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Freddy Tedja, dalam keterangan resmi yang dikutip Media Asuransi, Jumat, 19 Maret 2021.

Vaksinasi di AS yang berjalan lancar. Target pemerintah adalah 100 juta dosis di 100 hari pertama pemerintahan Presiden Joe Biden, namun di hari ke 50, target tersebut sudah terlewati. Selain itu, stimulus ekonomi senilai USD1,9 triliun telah disahkan, Dua hal ini mendorong ekspektasi pemulihan ekonomi akan lebih cepat terjadi. Pemulihan ekonomi tentu akan diikuti juga oleh kenaikan inflasi dan suku bunga, dan pada akhirnya akan mendorong kenaikan imbal hasil obligasi.

Apakah ekspektasi pemulihan ekonomi ini valid? “Alasan-alasan tersebut sekilas cukup masuk akal untuk menimbulkan optimisme atas pemulihan ekonomi, tetapi memang ekspektasi pemulihan tersebut belum memperhitungkan kondisi-kondisi lain, seperti tingkat pengangguran yang masih sangat tinggi yang membuat inflasi sulit untuk naik secara konsisten dan kebijakan bank sentral yang tetap mempertahankan suku bunga rendah. Artinya masih sangat mungkin volatilitas imbal hasil obligasi dunia kembali reda,” jelas Freddy.

Di tengah kenaikan imbal hasil US Treasury, obligasi Indonesia pun tidak terhindar dari kenaikan. Namun yang menarik, bahkan dengan kenaikan yang terjadi sepanjang tahun berjalan ini, imbal hasil riil (imbal hasil dikurangi dengan ekspektasi inflasi) obligasi Indonesia masih menjadi salah satu yang paling tinggi di Kawasan. Ini sangat menarik, terutama dilihat oleh investor asing di negara maju.

Gabungan kondisi inflasi yang rendah, imbal hasil dan suku bunga riil yang menjadi salah satu tertinggi di dunia, likuiditas domestik yang melimpah, dan potensi meningkatnya arus dana asing di tengah kepemilikan yang sudah rendah menjadi faktor pendukung pasar obligasi Indonesia di tahun 2021 ini.

“Ditambah dengan perbaikan fundamental Indonesia dan potensi ekonomi Indonesia sedang menuju ke dalam tahap jalur pemulihan, kondisi saat ini dapat menjadi momen bagi investor untuk mendiversifikasikan dana ke reksa dana pendapatan tetap,” kata Freddy.

Head of Investment Specialist MAMI ini menjelaskan, reksa dana pendapatan tetap merupakan instrumen investasi yang diterbitkan oleh perusahaan manajer investasi, yang di dalamnya terdiri dari efek-efek obligasi. Sebuah produk reksa dana pendapatan tetap berisi banyak obligasi sekaligus, dengan berbagai jenis, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun swasta.

Manajer investasi memiliki sejumlah variasi produk reksa dana pendapatan tetap. Ada produk yang mengkhususkan sebagian besar portofolionya ke obligasi korporasi, ada juga yang fokus pada obligasi pemerintah. “Dengan isi yang berbeda-beda, tentu saja masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, baik dari sisi risiko maupun potensi imbal hasil. Sebagai investor, Anda sendiri yang bisa memilih mana yang paling sesuai,” tuturnya.

 

Kelebihan Reksa Dana

Ada beberapa kelebihan berinvestasi di reksa dana. Dengan minimum investasi yang lebih kecil, mulai dari Rp10 ribu, investor dapat leluasa memilih jenis investasi reksa dana pendapatan tetap yang diinginkannya. “Reksa dana pendapatan tetap menjadi solusi tepat bagi investor dengan dana terbatas yang mungkin sulit untuk berinvestasi pada obligasi secara langsung yang memiliki persyaratan jumlah investasi lebih besar, periode penawaran/pembelian sangat terbatas di tanggal-tanggal tertentu, dan itu pun hanya 1 obligasi saja,” jelas Freddy Tedja.

Menurut dia, salah satu keuntungan yang dapat dinikmati investor dengan berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap, adalah bunga obligasi dibebaskan dari pajak. Artinya, keuntungan dari obligasi tidak akan dipotong oleh pajak. Berbeda jika Anda membeli SBN (surat berharga negara) ataupun ORI (obligasi ritel Indonesia), akan ada pengenaan pajak sebesar 15 persen dari kupon yang diterima investor.

Freddy Tedja mengingatkan, dalam investasi berlaku prinsip high risk high return, yakni imbal hasil sejalan dengan risiko. “Investasi reksa dana pendapatan tetap memiliki tingkat risiko menengah dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu yang terpenting adalah tren suku bunga baik global maupun domestik,” katanya.

Oleh karena itu, di tengah tren suku bunga dunia yang tetap rendah, obligasi dapat menjadi pilihan untuk mengoptimalkan dana kita, dengan eksposur risiko yang lebih rendah dibandingkan investasi saham. Memang diperkirakan tahun 2021 ini imbal hasil investasi obligasi tidak akan spektakuler seperti di tahun 2020.

Namun potensi hasil dan peluang di pasar obligasi masih menarik bagi investor yang ingin meminimalkan risiko dan volatilitas. “Harus diingat, penting selalu untuk melakukan diversifikasi atas porfotolio investasi Anda sesuai profil risiko, tujuan investasi, dan jangka waktu. Selamat berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap,” tutur Freddy Tedja. Edi

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post MNC Sekuritas: 4 Saham Menu Trading 19 Maret 2021
Next Post NH Sekuritas: IHSG Rawan Profit Taking

Member Login

or