1
1

Pendapatan Masih Merugi Namun Perseroan Tetap Laba, Begini Penjelasan Mitra Investindo

PT Mitra Investindo Tbk adalah perusahaan yang bergerak sebagai perusahaan investasi. | Foto: mitra-investindo.com

Media Asuransi – PT Mitra Investindo Tbk berhasil membukukan laba tahun tutup buku 2020 sebesar Rp4,1 miliar, meskipun perseroan masih belum membukukan adanya pendapatan atas kegiatan operasi serta masih membukukan rugi kotor dan rugi usaha masing-masing sebesar Rp9,8 miliar dan Rp3,2 miliar.

Presiden Direktur Mitra Investindo, Andreas Tjahjadi, mengatakan bahwa perolehan laba tahun buku 2020 sebesar Rp4,1 miliar ini berasal dari PPh29 entitas anak Goldwater LS Limited sebesar Rp7,2 miliar. Ini merupakan pembalikan (reversal) sebagian pencadangan pajak PPH29 entitas anak atas penerimaan pendapatan bagi hasil minyak (ECS/Entititlement Crude Statement) yang diperoleh dari operasi lapangan minyak IBN Oil Holdico.

“Pembalikan pencadangan pajak tersebut dilakukan sebagai akibat telah tercapainya kesepakatan akhir penyelesaian hutang piutang antara IBN Oil Holdico dengan PT Pertamina-EP pada November 2020. Saldo pencadangan utang pajak (tax allowance) entitas anak per 31 Desember 2020 menjadi sebesar Rp22,48 miliar dari semula Rp28,96 miliar pada tahun 2019. Reversal pencadangan pajak PPh29 dilakukan secara bertahap dalam 5 tahun terhitung sejak tahun buku 2020, dengan memperhatikan dan sesuai kaidah akuntansi yang berlaku,” kata Andreas dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis, 22 April 2021.

Baca Juga: 

Menurut Andreas, pembalikan biaya produksi yang sudah lama diakrualkan entitas anak sebesar Rp18,3 miliar dicatat dalam Laporan Keuangan entitas anak Goldwater LS Limited, yang merupakan beban biaya produksi atas perbaikan dan pengolahan sumur (well service and work over) selama operasi dan produksi lapangan minyak Linda Sele oleh IBN Oil Holdico.

“Mengingat kontrak TAC IBN Oil Holdico telah berakhir pada November 2018 lalu, perseroan tidak lagi mencatat adanya beban pokok pendapatan dari entitas anak. Oleh karenanya informasi atas pembalikan biaya produksi tidak dituangkan dalam catatan atas laporan keuangan tahun 2020 maupun periode pembanding (historis) laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2020 dan 2019,” katanya.

Pada periode 31 Desember 2020,  lanjut Andreas, perseroan masih membukukan defisit sebesar Rp258,6 miliar, namun pada periode 28 Februari 2021, perseroan membukukan saldo laba sebesar Rp11,1 miliar. Selain itu pada periode 31 Desember 2020, perseroan masih membukukan defisiensi modal sebesar Rp8,9 miliar, namun pada periode 28 Februari 2021, perseroan membukukan ekuitas sebesar Rp130,9 miliar.

“Terkait latar belakang perubahan saldo defisit dan defisiensi modal pada periode 31 Desember 2020 yang menjadi saldo laba dan ekuitas dalam periode 28 Februari 2021, hal ini disebabkan karena efektif pada tanggal 28 Januari 2021, perseroan mengakuisisi 64.875.000.000 saham yang mencerminkan 99,81 persen kepemilikan PT Wasesa Line (WL) dengan menerbitkan saham melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD),” paparnya

Menurutnya, pada periode 28 Februari 2021, perseroan membukukan piutang usaha sebesar Rp10,3 miliar namun piutang tersebut telah melewati jatuh tempo yang ditentukan. Atas utang tersebut, perseroan menerapkan term of payment rata-rata 90 hari, berdasar laporan keuangan periode 28 Februari 2021 terdapat umur piutang lebih dari 90 hari sebesar Rp1,9 miliar atau sekitar 17 persen dari total piutang.

“Perseroan telah melakukan langkah-langkah penagihan secara persuasif seperti melalui telepon langsung dan korespondensi email, membuat surat peringatan, termasuk melakukan upaya hukum apabila pelanggan tidak kooperatif. Program relaksasi atau kelonggaran dijalankan untuk debitur secara selektif. Per 31 Maret 2021 telah turun menjadi sekitar Rp1,2 miliar,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Mitra Investindo, Diah Pertiwi Gandhi, mengatakan kegiatan utama usaha perseroan saat ini dalam bisnis jasa pelayaran laut dan jasa pendukung lainnya dengan aktivitas operasional adalah mengoperasikan 4 unit kapal milik, mengelola operasi kapal non milik, melayani kegiatan keagenan kapal-kapal non milik dari principal (pemilik kapal). Ke depan perseroan menargetkan untuk dapat mengembangkan kegiatan chartering yaitu memasarkan kapal principal kepada end user.

“Perseroan juga berencana akan membeli satu unit kapal offshore pada tahun 2022,  seharga Rp30 miliar dengan sumber pendanaan dari kas internal dan sebagian lagi dari pembiayaan pihak ketiga. Permintaan pasar atas kapal ini masih terbuka sejalan dengan rencana peningkatan produksi migas ke depan, dengan menyesuaikan kebutuhan enduser baik spesifikasi teknis, komersial maupun keekonomiannya,” pungkasnya. One

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Multifiling (MFMI) Bagikan Dividen Sebesar Rp11,36 Miliar
Next Post RUPST Astra Putuskan Bagi Dividen Rp4,6 Triliun

Member Login

or