1
1

Bedah Saham: Meneropong Prospek Kinerja United Tractors (UNTR)

Media Asuransi – PT United Tractors Tbk (UNTR) pada kuartal I/2021 berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 2,4% di tengah penurunan pendapatan pada periode yang sama sebesar 2,3%. Bagaimana prospek kinerjanya ke depan? Apakah saham UNTR ini layak untuk dibeli?

Melalui Henan Putihrai Sekuritas Company Update 23 April 2021, Head of Research PT Henan Putihrai Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menerangkan pihaknya menginisiasi UNTR dengan peringkat BUY, pada TP 26.000 (potensi kenaikan 20,6%), yang mengimplikasikan 6,2/5,3x dari 21F/22F EV/EBITDA dan 15,5/14,6x dari rasio P/E 21F/22F. 

“TP kami juga menyiratkan 1,5/1,4x dari 21F/22F PBV-nya. Meskipun ada profitabilitas yang lebih kecil dari segmen bisnis terkait batu bara karena depresiasi dan biaya yang lebih tinggi, UNTR berhasil meningkatkan neracanya dari posisi utang bersih sebesar Rp796 miliar pada Maret 2020 menjadi posisi kas bersih sebesar Rp13 triliun per Maret 2021,” jelasnya. 

Baca juga: BEDAH SAHAM: Layakkah Membeli Saham GIAA?

Oleh karena itu, sambung dia, dengan ruang yang cukup untuk meningkatkan asetnya, Robertus berpendapat bahwa investor harus mengantisipasi kemungkinan Perusahaan untuk terjun ke proyek penghasil kas lainnya yang telah terbukti sebelumnya, berkembang baik secara organik maupun anorganik.

Sepanjang kuartal I/2021, UNTR berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih 2,4% YoY karena manfaat pajak yang signifikan, meskipun laba sebelum pajak turun 3,9% YoY.
Pada saat yang sama, pendapatan UNTR kuartal I/2021 turun 2,3% YoY menjadi Rp17,90 triliun, dari Rp18,31 triliun di kuartal I/2020. 

“Namun, meskipun laba sebelum pajak lebih rendah, tercatat hanya Rp2,48 triliun di kuartal I/2021 vs Rp2,59 triliun di kuartal I/2020, laba bersih UNTR masih berhasil tumbuh 2,4% YoY menjadi Rp1,87 triliun dari Rp1,82 triliun karena adanya pengakuan pendapatan sebesar Rp203,8 miliar atas manfaat pajak yang ditangguhkan. Keuntungan penambangan emas dan alat berat juga berhasil mengkompensasi penurunan di segmen lain.”

Baca juga: BEDAH SAHAM: Menimbang Prospek Profitabilitas ITMG

Laba sebelum pajak jasa pertambangan turun 22,5% YoY menjadi hanya Rp766 miliar di kuartal I/2021 dari Rp989 miliar yang tercatat di kuartal I/2020 karena profitabilitas yang lebih rendah, meskipun volume produksi batu bara hanya turun 3,2% YoY menjadi 27 juta ton, dari sebelumnya 27,9 juta ton. Kontribusi jasa pertambangan terhadap laba sebelum pajak konsolidasian grup turun menjadi hanya 31,7% di kuartal I/2021 dari 38% di kuartal I/2020.

Laba sebelum pajak penambangan batu bara turun 46,3% YoY menjadi hanya Rp451 miliar di kuartal I/2021 dari Rp840 miliar di kuartal I/2020 karena depresiasi dan biaya yang lebih tinggi, meskipun volume penjualan lebih tinggi 16,8% YoY di 3,7 juta vs 3,2 juta. Kontribusi penambangan batu bara terhadap laba sebelum pajak konsolidasian turun menjadi hanya 18,6%, dari 32,3%.

Baca juga: BEDAH SAHAM: Menggali Prospek PTBA

Laba sebelum pajak dari segmen pertambangan emas UNTR melonjak 44,3% YoY menjadi Rp919 miliar di kuartal I/2021, dari Rp637 miliar di kuartal I/2020, mengikuti ASP yang lebih tinggi secara signifikan meskipun volume penjualan hanya tumbuh 1% YoY menjadi 95.000 oz dari 94.000 oz. Kontribusi penambangan emas terhadap laba sebelum pajak konsolidasian grup naik menjadi 10,9% dari hanya 9,1%.

Segmen alat berat mencatat laba sebelum pajak sebesar Rp366 miliar di kuartal I/2021, 43,1% YoY lebih tinggi dari Rp256 miliar yang tercatat di kuartal I/2020, menyusul peningkatan penjualan Komatsu, UD Truck dan Scania sebanyak 688, 129, dan 126 unit, dari sebelumnya 617, 73, dan 64 unit, masing-masing. Kontribusi segmen alat berat terhadap laba sebelum pajak konsolidasian grup UNTR tumbuh menjadi 15,1% dari 9,8%.

Segmen jasa konstruksi mengalami kerugian sebelum pajak sebesar Rp83 miliar di kuartal I/2021, jauh lebih baik daripada kerugian 121 miliar yang tercatat di kuartal I/2020.

Dengan melihat kinerja tersebut, Robertus menginisiasi UNTR dengan rating BUY, pada TP 26.000 (potensi kenaikan 20,6%), yang mengimplikasikan 6,2/5,3x dari 21F/22F EV/EBITDA dan 15,5/14,6x dari rasio P/E 21F/22F. TP kami juga mengimplikasikan 1,5/1,4x dari 21F/22F PBV-nya.

Adapun risiko investasi yang perlu diwaspadai oleh investor adalah: 1) Pengakuan kerugian penurunan nilai yang lebih tinggi dari aset terkait batubara tahun ini. 2) Pertumbuhan laba bersih lebih rendah dari perkiraan sebesar 4-5% YoY tahun ini. 3) Marjin Laba Bersih/EBITDA yang lebih kecil dari perkiraan sebesar 10,2/21,0% tahun ini. Aca

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Pendapatan Meningkat, Laba Surya Esa Perkasa (ESSA) Melonjak 97 Persen
Next Post OJK Terbitkan SEOJK Penerapan Manajemen Risiko bagi Broker dan Adjuster

Member Login

or