1
1

OJK: Penghimpunan Dana Melalui Pasar Modal Tumbuh 99,36 Persen

Bursa Efek Indonesia. Foto: Arief Wahyudi

Media Asuransi – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Wimboh Santoso, mengapresiasi seluruh insan pasar modal yang telah berperan aktif mendukung pertumbuhan pasar modal di Indonesia. Penghimpunan dana melalui pasar modal hingga 3 Agustus 2021 juga tumbuh sebesar 99,36 persen yoy atau sebesar Rp117,94 triliun dari 27 emiten baru yang melakukan penawaran umum.

Menurut Wimboh, di masa pandemi ini, pasar modal Indonesia masih mampu bertahan dari dampak pandemi dan menunjukkan kinerja yang terus membaik. Berbagai capaian yang diraih seperti pertumbuhan investor pasar modal yang sangat signifikan selama periode pandemi juga merupakan hal yang patut kita syukuri.

“Pandemi Covid 19 menyebabkan mobilitas masyarakat terbatas sehingga terjadi penurunan konsumsi di masyarakat dan berdampak meningkatnya disposable income yang mengendap dalam bentuk simpanan di perbankan. Selain itu, kebijakan fiskal dan moneter juga turut meningkatkan likuiditas di pasar,” kata Wimboh saat memberikan sambutan HUT Pasar Modal ke-44, Selasa, 10 Agustus 2021.

|Baca juga: Semester I/2021, Investor Pasar Modal Melonjak 96%

Menurutnya, implikasi dari kebijakan tersebut membuat masyarakat memiliki dana berlebih yang siap untuk diinvestasikan. Masyarakat kemudian mencari alternatif investasi lain yang memberikan return lebih tinggi, salah satunya instrumen pasar modal.

Hingga Juli 2021, investor pasar modal meningkat menjadi 5,82 juta atau tumbuh 93 persen yoy (year on year) yang didominasi oleh investor ritel berumur <30 tahun atau investor milenial. Pertumbuhan investor tersebut mencapai 2 kali lipat sejak awal pandemi, hal ini mencerminkan tingginya optimisme investor terhadap pasar modal Indonesia.

Wimboh menyatakan bahwa keberhasilan ini merupakan upaya kita bersama dalam menjaga volatilitas pasar modal agar senantiasa stabil dan terkendali. Peningkatan jumlah investor ritel tersebut juga merupakan hasil dari transformasi digital yang menjadi kunci utama bagi pendalaman basis investor di pasar modal.

“Dapat kami sampaikan, industri pasar modal masih dalam kondisi yang stabil di tahun 2021. IHSG hingga 9 Agustus 2021 tercatat menguat ke level 6.127,46 atau tumbuh 2,48 persen year to date (ytd) dengan aliran dana non-residen tercatat masuk sebesar Rp18,24 triliun year to date,” jelas Wimboh.

|Baca juga: Mayoritas Data Perdagangan Pasar Modal pada Pekan Lalu Bergerak Positif

Penghimpunan dana melalui pasar modal hingga 3 Agustus 2021 juga tumbuh sebesar 99,36 persen yoy atau sebesar Rp117,94 triliun dari 27 emiten baru yang melakukan penawaran umum. Angka ini belum termasuk realisasi IPO perusahaan start-up yaitu Bukalapak yang baru saja efektif per tanggal 6 Agustus 2021 kemarin. “Capaian ini hampir melampaui perolehan tahun 2020 yang sebesar Rp118,7 triliun dan kami yakin dapat kembali mencapai level sebelum pandemi yakni di akhir tahun 2021,” katanya.

Berdasarkan catatan OJK, masih terdapat 83 penawaran umum dalam proses (pipeline) senilai total Rp52,56 triliun dengan 40 penawaran umum diantaranya akan dilakukan melalui mekanisme IPO.

Ke depan, OJK akan terus berupaya meningkatkan basis supply antara lain dengan mengakomodir calon emiten dari new economy/startup untuk melakukan yang diharapkan dapat meramaikan perdagangan saham di BEI.

Antusiasme dan optimisme penghimpunan dana melalui pasar modal yang terjaga ini diharapkan dapat menjadikan pasar modal sebagai motor penggerak pemulihan ekonomi nasional. Optimisme yang tinggi atas Pasar Modal Indonesia juga mendorong adanya ruang pengembangan bagi instrumen pembiayaan yang memenuhi prinsip keberlanjutan. Kami berharap pasar modal Indonesia dapat berperan dalam Presidensi G20 tahun 2022 yang salah satunya akan mengangkat agenda Sustainable Finance.

Wimboh Santoso mengatakan bahwa pemulihan ekonomi nasional akan terus didorong melalui adanya suatu transisi sektor ekonomi ke sumber energi yang lebih hijau dan proses bisnis yang lebih berkelanjutan. Hal ini dapat dimulai dari sinergi dan dukungan terhadap pendanaan kegiatan usaha para emiten di pasar modal berdasarkan prinsip Sustainable Finance.

Untuk mendukung hal tersebut, OJK telah menyusun Roadmap Keuangan Tahap II (2021-2025). Salah satu bentuk implementasinya adalah OJK mewajibkan lembaga jasa keuangan untuk menyusun Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan dan menyampaikan Laporan Keberlanjutan bagi lembaga jasa keuangan, emiten dan perusahaan publik.

OJK juga akan menjadikan keuangan berkelanjutan sebagai salah satu inisiatif strategis OJK, dengan program diantaranya: pertama, penyelesaian Taksonomi Hijau, sebagai pedoman dalam pengembangan produk-produk inovatif dan/atau keuangan berkelanjutan dan disclosure. Kedua, pengembangan kerangka manajemen risiko di industri jasa keuangan dan pedoman pengawasan berbasis risiko dalam rangka penerapan risiko keuangan terkait iklim. Ketiga, pengembangan skema pembiayaan atau pendanaan yang inovatif dan feasible. Keempat, meningkatkan awareness dan capacity building untuk seluruh stakeholders.

|Baca juga: OJK Rilis Aturan Pelaksana Dana Kompensasi Kerugian di Pasar Modal

Wimboh Santoso mengapresiasi stakeholder di Pasar Modal yang telah merespon kebijakan- kebijakan OJK dalam bidang keuangan berkelanjutan dimaksud, melalui penerbitan Global Sustainability/Green Bond sekitar USD1,9 miliar di Singapore Exchange oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk serta PT Barito Pacific Tbk. Selain itu PT Bank OCBC NISP Tbk juga menerbitkan green bond dan gender bond dengan nilai sebesar USD4,15 miliar yang dilakukan melalui mekanisme private placement dengan IFC.

Selain itu juga peningkatan nilai indeks SRI – Kehati sehingga saat ini telah memiliki dana kelolaan sebesar Rp2,5 triliun (per Apr-21). Serta penerbitan ESG Leaders Index oleh BEI untuk mewadahi permintaan yang tinggi atas reksadana dan Exchange Traded Fund (ETF) bertema ESG.

“Keseluruhan upaya untuk membangun optimisme pemulihan ekonomi nasional melaui sektor pasar modal harus diiringi dengan peningkatan literasi. Hal ini mengingat masih banyak investor pemula yang belum memahami risiko berinvestasi di pasar modal,” katanya.

Ditambahkan, OJK bersama Self-Regulatory Organizations (SROs) dan seluruh pelaku pasar modal terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat serta terus mengupayakan peningkatan pengetahuan investasi pada instrumen keuangan, agar investor memiliki pemahaman yang memadai dalam membuat keputusan investasi. Selain itu, guna meningkatkan kepercayaan investor, OJK juga telah membangun ekosistem investasi pasar modal yang memberikan perlindungan atas dana investor dalam hal terjadi pelanggaran di pasar modal. Edi

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Top 5 Reksa Dana dengan Return Terbesar Ytd 6 Agustus 2021
Next Post Indika Energy (INDY) Jual Kepemilikannya di Perusahaan Transportasi Batubara

Member Login

or