1
1

Pemangkasan Outlook Ekonomi RI oleh IMF Dinilai Kurang Tepat

Plakat International Monetary Fund (IMF). | Foto: Ist

Media Asuransi, JAKARTA – Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 menjadi 3,2% oleh International Monetary Fund (IMF) dinilai kurang tepat karena belum memasukkan indikator penurunan kasus positif Covid-19.

Proyeksi IMF dalam World Economic Outlook (WEO) edisi Oktober 2021 tersebut lebih rendah 0,7 poin dari proyeksi pada edisi WEO Juli 2021 sebesar 3,9%. Adapun untuk 2022, proyeksi pertumbuhan ekonomi IMF terhadap Indonesia tidak berubah yaitu di level 5,9%.

Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana mengatakan proyeksi IMF terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 terlalu rendah dan belum memasukkan variable bagaimana cepatnya penurunan pasien dan risiko Covid-19 di Indonesia. “Saya sendiri prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021 berada di angka 3,69%,” jelasnya kepada Media Asuransi, Rabu (13/10/2021).

 |Baca juga: OJK: Outlook Ekonomi ke Depan Membaik

Dia menjelaskan percepatan penurunan tingkat kasus positif dan penanganan pandemi Covid-19 akan mendorong mobilitas dan konsumsi rumah tangga di kuartal IV/2021. “Disamping dampak kenaikan komoditas yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi ekspor dan dampaknya bagi meningkatnya aset dalam negeri dan tentunya juga berdampak bagi sektor konsumsi domestik,” jelasnya.

Selain merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia, IMF juga merevisi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 5,9% pada 2021 atau turun 0,1 poin dari proyeksi pada Juli 2021. Sementara itu untuk proyeksi 2022 masih bertahan pada angka 4,9%.

IMF beralasan bahwa penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 dilakukan karena mencerminkan penurunan ekonomi di negara maju dan negara berkembang berpenghasilan rendah akibat memburuknya dinamika pandemi. 

Penyebaran varian Delta yang cepat dan ancaman varian virus baru dianggap telah meningkatkan ketidakpastian tentang seberapa cepat pandemi ini dapat diatasi. Di tengah situasi seperti ini, pilihan kebijakan menjadi lebih sulit dengan ruang gerak yang terbatas.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Harga Baru, Saham Bank BCA (BBCA) langsung Tembus Rp8.250
Next Post Insurtech Asuransiku.id Berkolaborasi dengan Wesurance

Member Login

or