Media Asuransi, JAKARTA – Pencapaian rekor tertinggi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 11 November 2021 ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan dana kelolaan reksa dana saham dan campuran.
Melalui Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama menjelaskan bahwa pada 11 November 2021, IHSG berhasil mencapai rekor tertingginya sepanjang sejarah, yakni di level 6.691 (+28,53% ytd).
Perbaikan kinerja tersebut didukung oleh perbaikan performa dari saham-saham berkapitalisasi pasar besar yang tergabung dalam indeks LQ45, meskipun di awal tahun mengalami koreksi. Hingga Oktober 2021, tercatat kenaikan kinerja secara ytd sebesar 1,89%. “Lalu, bagaimana perkembangan industri reksa dana sendiri?”
Ditinjau dari jumlah dana kelolaan reksa dana saham dalam denominasi rupiah per Oktober 2021, justru terjadi penurunan sebesar -2,45% ytd menjadi Rp122,92 triliun yang sejalan dengan penurunan unit penyertaan reksa dana saham sebesar -3,96% ytd.
Hal sama juga terjadi pada pada jenis reksa dana campuran di mana dana kelolaan turun sebesar -2,65% ytd seiring dengan penurunan unit penyertaan reksa dana campuran sebesar -3,72% ytd.
Tampaknya, tulis Infovesta, katalis positif dari kenaikan pasar saham tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan dana kelolaan reksa dana saham dan campuran. “Kami memperkirakan turunnya dana kelolaan reksa dana saham karena adanya aksi ambil untung yang dilakukan oleh investor di tengah kenaikan IHSG.”
|Baca juga: Bahana TCW Naikkan Kapasitas Unit Penyertaan Reksa Dana Bahana Likuid Plus
Hal itu didasari antisipasi investor terhadap berbagai isu negatif yang sedang berkembang seperti tapering the Fed dan mulai kembali merebaknya varian baru Covid-19. Tapering The Fed seperti yang kita telah ketahui bersama memberikan sentimen negatif kepada pasar karena aliran dana asing yang semula masuk ke negara emerging market dapat kembali ke negara asalnya.
Sementara itu, merebaknya varian baru Covid-19 dikhawatirkan menyebabkan kembali naiknya kasus harian Covid-19 dalam negeri dan kembali diberlakukannya pengetatan mobilitas hingga menghambat laju pemulihan ekonomi dalam negeri.
Pemerintah telah mengambil langkah antisipatif dengan penghapusan cuti bersama pada akhir tahun untuk mencegah kembali naiknya kasus Covid-19 dalam negeri. Kinerja reksa dana saham dan campuran ke depannya masih cukup prospektif seiring dengan kasus Covid-19 dalam negeri yang terkendali, pulihnya aktivitas ekonomi serta rilis data neraca keuangan emiten yang membaik.
“Investor dapat memilih produk reksa dana yang memiliki porsi kepemilikan pada emiten berkapitalisasi besar untuk memaksimalkan return.”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News