Media Asuransi, JAKARTA – Realisasi program PEN sampai dengan 19 November 2021 mencapai Rp495,77 triliun atau 66,6 persen dari pagu. Progress signifikan dari PEN terjadi pada kluster perlindungan sosial dan insentif usaha.
Program PEN merupakan instrumen utama yang digunakan oleh pemerintah dalam rangka penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi sebagai dampak terjadinya pandemi baik di tahun 2020 maupun 2021. Program PEN untuk tahun 2021 ditingkatkan menjadi Rp744,77 triliun, terutama untuk memberikan tambahan dukungan penanganan kesehatan dan perlindungan sosial di tengah peningkatan kasus Covid-19 akibat penularan varian Delta.
Upaya pemulihan ekonomi di kuartal IV/2021 diharapkan semakin baik melalui kinerja APBN. Kinerja APBN terus terjaga dalam mendukung pemulihan ekonomi, kesinambungan dan konsolidasi fiskal, terlihat dari sisi penerimaan perpajakan dan PNBP, maupun belanja negara.
Potensi risiko kinerja APBN tetap dicermati dan dimitigasi, untuk memastikan bahwa peran APBN dalam upaya pemulihan ekonomi tetap optimal. Upaya penanganan Covid-19 tetap terkendali, dengan kedisiplinan protokol kesehatan masyarakat dan vaksinasi terus didorong seiring aktivitas masyarakat kembali normal.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa kinerja ekonomi diperkirakan menguat di Kuartal IV/2021. Konsumsi rumah tangga dan net ekspor diperkirakan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan.
“Kinerja perekonomian yang cukup positif ini diharapkan akan meningkatkan kembali kurva pemulihan ekonomi Indonesia lebih kuat dibandingkan situasi kuartal III yang hanya 3,5. Secara keseluruhan karena kita kuartal I hanya -0,7 dan kuartal III di 3,5, kita memperkirakan di dalam keseluruhan tahun 2021 ini pertumbuhannya ada di 3,5 hingga 4,0 ini artinya kita berharap di kuartal IV pertumbuhannya ada di atas 5%,” jelasnya dalam konferensi pers daring APBN KITA November 2021.
|Baca juga: Peningkatan Inklusi Asuransi Perkuat Pemulihan Ekonomi Masyarakat
Menurutnya, inflasi di Indonesia cenderung terjaga akibat disrupsi supply masih terbatas dan kenaikan daya beli belum maksimal. Harga komoditas diperkirakan akan tetap tinggi sampai paling tidak pertengahan tahun 2022. Hal ini berisiko kepada peningkatan imported inflation. Sehingga, perlu diwaspadai kombinasi antara kecepatan pemulihan ekonomi dan potensi supply disruption yang harus dikelola.
Aktivitas konsumsi berangsur membaik karena dipengaruhi membaiknya aktivitas ekonomi dan penghasilan masyarakat, sebagai dampak respons penanganan Covid-19 yang makin baik. Optimisme konsumen terus menguat seiring membaiknya mobilitas masyarakat, tercermin dari IKK Oktober 113,4 (kembali pada area optimis >100), lebih tinggi dibanding 95,5 pada September. Penjualan ritel Oktober 2021 diperkirakan tumbuh meningkat, baik secara bulanan maupun tahunan, tercermin dari IPR
Sementara itu, surplus neraca perdagangan Oktober 2021 mencapai US$5,7 miliar yang merupakan rekor tertinggi 20 tahun terakhir. Secara akumulatif (Jan-Okt’21), surplus neraca perdagangan mencapai US$30,8 miliar yang merupakan tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Ekspor meningkat sebesar 53,4 persen year on year (yoy), didukung kenaikan harga komoditas dan volume ekspor migas dan non migas.
Ekspor migas naik 9,9 persen month to month (mtm) dan 66,8 persen yoy, sementara ekspor non migas naik 6,8 persen (mtm) dan 52,8 persen yoy. Impor juga tumbuh tinggi, 51,1 persen yoy, terutama didorong oleh pertumbuhan impor barang modal dan bahan baku dan penolong yang mengindikasikan menguatnya aktivitas sektor manufaktur.
Menguatnya kinerja ekonomi nasional telah mendorong berlanjutnya peningkatan kinerja APBN. Per Oktober 2021, Penerimaan Negara mencapai Rp1.510,0 triliun atau 86,6 persen terhadap target. Realisasi tersebut tumbuh 18,2 persen yoy ditopang oleh meningkatnya penerimaan perpajakan, Kepabeanan dan Cukai dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News