Media Asuransi, JAKARTA – Emiten pelayaran PT Trans Power Marine Tbk (Tbk) dinilai memiliki prospek cerah seiring dengan penandatanganan kontrak joint venture pembelian 60 set tug & barge.
Melalui Mirae Asset Sekuritas Indonesia Company Update bertajuk Trans Power Marine (TPMA IJ) – Get the ball rolling, preparing for the next big thing, analis Mirae Sekuritas, Rizkia Darmawan, mengatakan bahwa PT Trans Power Marine Tbk adalah perusahaan pelayaran dengan pengalaman lebih dari 15 tahun yang berfokus pada transhipment dan transportasi antar pulau.
Perseroan tetap tangguh di tengah rekor penurunan konsumsi batu bara pada 2016 dan Pandemi Covid-19. Pada awal tahun 2022, Perseroan memiliki 35 set kapal tunda dan tongkang, terutama dengan kapasitas 300 kaki, dan tiga tongkang derek. “Kami mengharapkan armada yang lebih kuat di masa depan melalui inisiatif JV mereka baru-baru ini,” katanya.
Pada akhir Desember 2021, perusahaan menandatangani kontrak untuk membentuk joint venture (JV) dengan PT Pacifik Pelayaran Indonesia (PPI) dan T&J Industrial Holding Limited (TJI/ bagian dari Tsingshan).
|Baca juga: Tambah Enam Armada Kapal, PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) Gelontorkan Belanja Modal Rp 150 Miliar
Kerja sama JV bertujuan untuk menyelesaikan pembelian 60 set tug & barge dengan total nilai transaksi USD250 juta hingga tahun 2024. “Kami percaya ini akan menjadi katalis yang kuat bagi TPMA karena memungkinkan perusahaan untuk menangkap bisnis pengiriman bijih nikel yang menguntungkan dari tambang nikel ke smelter di masa depan.”
Terkait bisnis pengapalan batu bara, jelas Rizkia, protes dari banyak negara terhadap larangan ekspor batu bara oleh pemerintah Indonesia menunjukkan bahwa permintaan batu bara sebagai sumber energi termurah yang tersedia saat ini akan tetap solid dan berkelanjutan setidaknya dalam lima tahun ke depan.
Pendapatan TPMA terpukul keras di 2Q20 ketika pandemi melanda untuk pertama kalinya. Perusahaan secara bertahap memulihkan operasinya di kuartal berikutnya. Pada 9M21, TPMA membukukan laba bersih sebesar USD3,4 juta, yang melonjak 194,7% yoy dari USD1,2 juta pada 9M20. Peningkatan ini terutama didorong oleh efisiensi biaya sewa kapal (-85,4% yoy dari USD2,9 juta menjadi hanya USD0,4 juta), pemulihan ekonomi, dan peningkatan produksi dan permintaan batu bara.
Saat ini, TPMA diperdagangkan pada P/E tertinggal 14.8x (-0,08 SD dari P/E rata-rata 3 tahun). “Potensi kerja sama JV untuk menangkap volume produksi dan penjualan yang kuat dari produk batu bara dan bijih nikel Indonesia akan menjadi katalis paling signifikan untuk pendapatan TPMA di masa depan, sehingga layak mendapatkan penilaian yang lebih baik dalam pandangan kami.”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News