1
1

6 Tanda Financial Suicide yang Perlu Dihindari

Media Asuransi, JAKARTA – Tidak ada seorang pun yang ingin mengalami kejatuhan finansial atau financial suicide. Sayangnya, beberapa orang gagal mengenali tanda-tanda kejatuhan finansial, sehingga terlambat untuk menghindari kondisi tersebut. Padahal, ada banyak kebiasaan sehari-hari yang bisa menjerumuskan kita pada kejatuhan finansial.

Kejatuhan finansial merupakan suatu kondisi di mana seseorang mengalami defisit keuangan secara terus-menerus yang tidak diperbaiki. Defisit keuangan ini bisa berasal dari faktor internal, yaitu kebiasaan sehari-hari dan gaya hidup, serta bisa juga berasal dari faktor eksternal seperti bencana atau peristiwa di luar kendali seseorang yang berdampak besar terhadap keuangan.

Kebiasaan sehari-hari yang dapat membawa seseorang pada kejatuhan finansial misalnya meminjam uang atau berutang untuk menutupi kebutuhan sehari-hari melalui pinjaman kartu kredit, serta dibarengi dengan pengeluaran yang tidak terkontrol, sehingga tagihan yang tadinya bisa dibayar lunas, menjadi cicilan dengan bunga tinggi. Selain itu, kejatuhan finansial juga bisa terjadi dari peristiwa di luar kendali kita, seperti kehilangan pekerjaan, terkena musibah kebakaran, kebanjiran, bencana alam, jatuh sakit, cacat, atau bahkan wafat. Tanpa persiapan keuangan yang matang, bencana dapat menyebabkan kejatuhan finansial.

Tanda-tanda kejatuhan finansial yang perlu diketahui sehingga dapat dihindari

Pada dasarnya, kejatuhan finansial, baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal bisa kita hindari, lho. Asalkan kita mengetahui dan memahami tanda-tanda buruk yang bisa menyebabkan Anda terjebak dalam kondisi tersebut. Tanda-tanda ini umumnya berkaitan erat dengan keputusan finansial yang kita ambil sehari-hari. Apa saja?

1. Tidak menyusun tujuan keuangan

Menyusun tujuan keuangan akan membantu seseorang mengetahui jumlah dana yang dibutuhkan untuk masa depan, seperti dana pendidikan anak hingga dana liburan bersama keluarga. Sebaliknya, jika seseorang tidak menyusun tujuan keuangan, maka kondisi tersebut dapat mendorong seseorang memiliki utang dengan bunga tinggi, yang mengakibatkan seseorang terjebak dalam kondisi kejatuhan finansial. 

Contohnya utang konsumtif untuk membiayai liburan keluarga. Bayangkan, karena tujuan keuangan ini berasal dari berutang, maka ketika pulang berlibur, seseorang masih perlu membayar cicilan hutang untuk dana liburan. Alhasil, liburan yang seharusnya membuat pikiran segar, malah menambah beban pikiran.

2. Tidak mempersiapkan dana pensiun

Setiap orang perlu mempersiapkan dana pensiun untuk membiayai kebutuhan di masa pensiun sebelum tutup usia. Seperti yang kita ketahui, seseorang akan memasuki usia pensiun ketika menginjak usia 55 tahun atau 60 tahun. Sementara, harapan hidup masyarakat Indonesia ada di kisaran 73 tahun. Artinya, ada rentang waktu 13 tahun hingga 15 tahun bagi seseorang untuk membiaya kebutuhan sehari-hari tanpa pemasukan yang tetap. Padahal di usia senja, masalah kesehatan lebih rentan muncul, sehingga sering kali menimbulkan biaya medis yang tidak sedikit.

Jika seseorang tidak mempersiapkan dana pensiun, maka ia berpotensi menggantungkan hidup kepada anak sehingga sang anak menjadi sandwich generation. Atau, kemungkinan lainnya, ia berpotensi mendanai kebutuhan masa pensiun dengan berutang dan menggadaikan aset, yang kemudian dapat menyebabkan kejatuhan finansial. Idealnya, seseorang harus memikirkan dana pensiun yang dapat memenuhi kebutuhan hidup sampai tutup usia. Dana pensiun ini dapat berupa properti, emas, atau aset-aset keuangan seperti reksa dana, saham, surat berharga ritel, obligasi, dan sebagainya.

3. Tidak mencatat pemasukan dan pengeluaran 

Tidak memiliki catatan arus kas, atau yang kerap kali disebut dengan pemasukan dan pengeluaran, juga merupakan tanda-tanda kejatuhan finansial yang perlu dihindari. Karena, tidak mencatat pengeluaran membuat seseorang tidak mengetahui pos-pos keuangan yang memiliki pengeluaran besar. Sebaliknya, jika seseorang punya catatan arus kas, ia dapat mengetahui pengeluaran apa saja yang membuatnya boros. Jika mengetahui pos apa saja yang membuat boros, seseorang akan lebih mudah mengontrol pengeluaran, memudahkan pengelolaan keuangan agar tidak defisit, dan jika arus kas ada surplus, maka seseorang dapat lebih mudah mengalokasikannya untuk tujuan keuangan seperti dana pensiun, dana pendidikan anak, dan sebagainya.

Oleh karena itu, seseorang perlu mencatat arus kas mulai dari satu bulan. Setelah terbiasa untuk konsisten mencatat pemasukan dan pengeluaran selama sebulan, tentu akan lebih mudah untuk meneruskan kebiasaan ini selama setahun. Mencatat pemasukan dan pengeluaran tahunan juga akan membantu seseorang mengetahui pengeluaran tahunan yang besar seperti dana mudik dan tunjangan hari raya (THR) karyawan saat lebaran, dan sebagainya.

4. Belum mandiri secara finansial

Memiliki penghasilan merupakan kecerdasan finansial pertama yang perlu dikuasai oleh semua orang yang ingin melakukan perencanaan keuangan. Dengan memiliki penghasilan, seseorang dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari tanpa bergantung pada orang tua, dan ini akan menciptakan kemandirian finansial. Kemandirian finansial juga dapat terbentuk seiring berjalannya waktu. Misalnya ketika punya anak, kebutuhan bertambah, akhirnya kita dipaksa untuk meningkatkan penghasilan agar anak bisa hidup layak. Salah satu caranya bisa dengan mencari tambahan atau strategi lain yang berpotensi menghasilkan pendapatan.

5. Gali lubang, tutup lubang

Gali lubang, tutup lubang menggambarkan kebiasaan seseorang yang membayar tagihan utangnya dengan utang lain. Padahal, utang lain menerapkan bunga yang tidak sedikit. Jika kebiasaan ini dilakukan secara terus menerus, akhirnya seseorang bisa memiliki arus kas yang berantakan, serta terjerat dalam hutang dan bunga yang tinggi. Agar terlepas dari kejatuhan finansial gali lubang, tutup lubang, seseorang harus menutup hutangnya terlebih dahulu sebelum mencari utang baru. Caranya bisa dengan mengajukan restrukturisasi pada bank yang memberikan utang, misalnya dengan menurunkan tingkat bunga dan memperpanjang tenor pinjaman.

Cara selanjutnya ialah dengan memangkas biaya-biaya yang tidak mendesak demi mengerem pengeluaran. Penting juga bagi kita untuk membuat prioritas dalam pengeluaran dan kebutuhan yang bisa dipotong. Misalnya, mencari tempat belanja bulanan yang harganya lebih murah, membawa bekal sendiri saat pergi ke kantor, mendidik anak agar tidak boros jajan, dan sebagainya.

6. Tidak punya asuransi

Tanda-tanda berikutnya yang bisa menyebabkan kejatuhan finansial ialah tidak memiliki asuransi. Padahal, asuransi berfungsi sebagai proteksi yang memberikan perlindungan keuangan jika terjadi kejatuhan finansial yang berasal dari faktor eksternal, seperti jatuh sakit, tutup usia, kebakaran, kecelakaan, dan sebagainya. Karenanya, penting bagi seseorang untuk melindungi diri dan keluarga dengan asuransi sesuai kebutuhan.

Itulah enam tanda-tanda buruk yang dapat menyebabkan seseorang terjebak dalam kondisi kejatuhan finansial. Yuk, kenali dan hindari agar kamu dapat menghindari kondisi tersebut di masa depan! Aha

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Tahun Ini PNS Mulai Pindah Kerja di IKN Nusantara
Next Post Waspadai Jebakan Self Reward, Kenali Tanda-tandanya

Member Login

or