PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan entitas anak melaporkan kinerja keuangan pada kuartal ketiga 2017 yang berakhir 30 September 2017 dengan total laba bersih sebesar Rp16,8 triliun, meningkat 11,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp15,1 triliun. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan bahwa laba tersebut disumbang oleh perolehan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) dan pendapatan operasional lainnya yang tumbuh 5,2 persen, dari Rp39,7 triliun pada kuartal ketiga 2016 menjadi Rp41,7 triliun pada periode yang sama tahun 2017.
Menurut Jahja, pada akhir September 2017, outstanding portofolio kredit BCA mencapai Rp440 triliun, naik 13,9 persen year on year (yoy). Kenaikan kredit ini terutama didorong oleh segmen korporasi dan konsumer. Dia jelaskan, kredit korporasi berkontribusi sebesar Rp161,5 triliun, tumbuh 21,2 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sedangkan kredit konsumer tercatat sebesar Rp128,3 triliun, meningkat 20,6 persen yoy.
Pada portofolio kredit konsumer, kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh 26,8 persen yoy menjadi Rp78,8 triliun. Kredit kendaraan bermotor dan kartu kredit masing-masing meningkat 11,4 persen yoy menjadi Rp38,5 triliun dan 13,4 persen yoy menjadi Rp11 triliun. “Kredit komersial dan UKM tercatat sebesar Rp 150 triliun meningkat 2,4 persen yoy,” kata Jahja saat jumpa pers di Jakarta, 26 Oktober 2017.
Di sisi lain, dana pihak ketiga juga tercatat tumbuh double digit. BCA menghimpun dana senilai Rp574,4 triliun per akhir September 2017, tumbuh 16,5 persen yoy. Perinciannya, dana deposito senilai Rp146,4 triliun, tumbuh 36 persen secara yoy, dana giro dan tabungan senilai Rp428,0 triliun, tumbuh 11 persen secara yoy.
Jahja menjelaskan bahwa BCA dapat membukukan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga di tengah kondisi bisnis sektor perbankan yang belum sepenuhnya pulih. “Pertumbuhan itu ditopang oleh layanan kepada nasabah, event promosi, serta penawaran suku bunga kredit yang kompetitif,” katanya. BCA mempertahankan posisi likuiditas dan permodalan yang sehat. Rasio kredit terhadap pendanaan sebesar 74,7 persen dan rasio kecukupan modal atau CAR mencapai 23,6 persen.
Direktur Utama BCA ini menegaskan bahwa faktor pendukung pertumbuhan kredit BCA adalah penawaran suku bunga kredit yang kompetitif dibandingkan bunga yang ditawarkan oleh bank-bank lainnya. Ada penawaran suku bunga kredit yang kompetitif sekaligus penyediaan solusi perbankan yang komprehensif. Manajemen risiko yang prudent juga bagian penting dalam mempertahankan pertumbuhan laba yang positif. Pada akhir September 2017, rasio kredit bermasalah alias NPL perbankan berada pada level 1,5 persen. Total cadangan kredit tercatat sebesar Rp12,8 triliun, meningkat 13,6 persen dibandingkan posisi yang sama tahun 2016. Rasio cadangan terhadap kredit bermasalah sebesar 190,8 persen. Edi
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Related Posts