Media Asuransi, JAKARTA – Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga sebesar 0,25% menjadi 0,25%-0,5%. Ini adalah kenaikan suku bunga pertama sejak tahun 2018.
Wacana mengenai kenaikan suku bunga ini sudah terdengar selama beberapa bulan menyusul tingginya inflasi di Amerika Serikat. Inflasi di Amerika Serikat per Februari 2022 mencapai level 7,9% YoY, level tertinggi sejak tahun 1982. Inflasi yang tinggi ini dipicu kenaikan harga gas, makanan, dan juga perumahan, akibat terganggunya suplai karena perang Rusia dan Ukraina.
Baca juga: Ternyata Segini Harga Wajar Minyak Goreng
Sebelumnya, kekhawatiran kenaikan suku bunga ini juga sempat memberi sentimen negatif pada perusahaan teknologi di Amerika Serikat dan juga global. Namun, menurut The Guardian, kenaikan suku bunga pada bulan ini sebelumnya diperkirakan sebesar 0,5%, bukan 0,25%.
Di hari pengumuman kenaikan suku bunga The Fed, indeks saham AS melonjak pada tanggal 16 Maret 2022 waktu setempat. Indeks Nasdaq meningkat 3,77%, sedangkan Dow Jones Technology Index naik 3,71%.
Baca juga: Grab dan OVO Rebut Penghargaan Brand Paling Peduli UMKM
Meskipun begitu, di Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia Rabu-Kamis, 16-17 Maret, BI memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuan alias BI 7 days reverse repo rate di level 3,5%. Suku bunga deposit facility juga bertahan di level 2,75%, sedangkan suku bunga lending facility di level 4,25%.
Menurut BI, keputusan ini diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan terkendalinya inflasi, serta upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah tekanan eksternal seperti ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina. Bank Indonesia sendiri memperkirakan terdapat 7 kali kenaikan suku bunga The Fed selama tahun 2022. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News