1
1

PMI Manufaktur Indonesia Maret 2022 Menguat Lagi

Beberapa pekerja pabrik kendaraan bermotor sedang merakit motor. | Foto: Ist

Media Asuransi, JAKARTA – Setelah sempat turun pada Februari 2022, tingkat optimisme manufaktur Indonesia kembali menguat pada bulan Maret 2022.

Menurut data terkini PMI™ S&P Global, sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi pada bulan Maret. Produksi dan pesanan baru keduanya terus naik, meski tingkat pertumbuhan melambat di tengah dampak gangguan terkait pandemi yang masih ada.

Tingkat ketenagakerjaan dan aktivitas pembelian juga naik, dengan aktivitas berkontribusi terhadap kenaikan tingkat inventaris pada bulan Maret. Sementara waktu pengiriman dari pemasok diperpanjang, tekanan harga semakin intensif di seluruh sektor manufaktur Indonesia. Akan tetapi, keseluruhan kepercayaan diri bisnis membaik di tengah harapan kuat akan pemulihan pasca pandemi.

Purchasing Managers’ Index™ (PMI™) Manufaktur Indonesia dari S&P Global tercatat di posisi 51,3 pada bulan Maret, naik dari 51,2 pada bulan Februari. Ini mewakili perbaikan kondisi bisnis di seluruh sektor manufaktur Indonesia tujuh bulan berturut-turut, meski tingkat perbaikan tergolong kecil secara keseluruhan.

|Baca juga:  PMI Manufaktur Tetap Ekspansif, Dampak Omicron Relatif Terbatas
 
Produksi manufaktur terus mengalami ekspansi sejalan dengan kenaikan permintaan pada bulan Maret. Namun demikian, baik output dan permintaan baru naik pada kisaran lambat selama tujuh bulan, yang panelis kaitkan dengan dampak Covid-19 yang masih ada. Permintaan asing juga melambat di tengah laporan hambatan pengiriman.

Tingkat ketenagakerjaan naik untuk mendukung kenaikan persyaratan produksi. Meski hanya marjinal, tingkat lapangan kerja meningkat tajam dalam kurun waktu hampir tiga tahun. Kenaikan berkelanjutan di produksi mendorong kenaikan lebih lanjut pada aktivitas pembelian, yang menyebabkan kenaikan baru pada stok pembelian pada bulan Maret. Kepemilikan barang jadi juga bertumbuh, karena output tumbuh melebihi tingkat ekspansi yang terjadi pada pesanan baru.

Sementara itu penumpukan pekerjaan turun pada bulan Maret. Responden survei mengaitkan penurunan ini dengan kenaikan lambat pada pesanan baru. Tekanan baru pada rantai pasokan dilaporkan pada bulan Maret, dengan kinerja pemasok memburuk setelah membaik selama dua bulan.

Bukti anekdotal menunjukkan bahwa penundaan pengiriman dan kekurangan bahan baku menyebabkan perpanjangan waktu pemenuhan pesanan pada bulan Maret. Dari segi harga, baik biaya input dan harga output terus naik pada bulan Maret, dan pada kisaran yang lebih cepat dibandingkan pada bulan Februari.

Perusahaan manufaktur mengaitkan kenaikan biaya input dengan kenaikan harga bahan baku dan nilai tukar mata uang, yang menyebabkan mereka meneruskan beban biaya yang lebih tinggi kepada klien. Kepercayaan bisnis di seluruh sektor manufaktur Indonesia bertahan positif, dengan tingkat sentimen positif menguat ke posisi tinggi delapan bulan karena gelombang Covid-19 terkini berkurang. Perusahaan secara umum berharap penuh bahwa bisnis baru akan terus berekspansi sejalan dengan kondisi ekonomi membaik.

|Baca juga: Hilirisasi Manufaktur Perkuat Pertumbuhan Berkelanjutan

Menanggapi hasil survei terkini, Economics Associate Director IHS Markit, Jingyi Pan, mengatakan bahwa menurut data terkini PMI Manufaktur Indonesia dari S&P Global, sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi pada pada bulan Maret.

Meski kenaikan output dan pesanan baru melambat menghadapi dampak Covid-19 yang masih ada, kepercayaan bisnis meningkat tajam di antara perusahaan manufaktur di tengah gelombang virus terkini yang mereda. Sangat penting untuk mengamati apakah sentimen positif berarti pertumbuhan produksi yang lebih baik pada bulan-bulan mendatang.

“Akan tetapi perusahaan melaporkan bahwa rantai pasokan dan tekanan harga memburuk, yang merupakan topik umum di wilayah sekitar untuk sektor manufaktur pada bulan Maret, karena gangguan rantai pasokan global dan dampak perang Ukraina. Tekanan rantai pasokan berkepanjangan dapat menghambat pemulihan sektor dari gelombang Covid-19 terkini,” katanya.

Berita baiknya adalah, sambung Jingyi, kondisi ketenagakerjaan membaik pada bulan Maret, karena perusahaan tetap percaya diri dalam memperbesar kapasitas tenaga kerja mereka untuk menampung persyaratan produksi berkelanjutan dan yang akan datang. GDP Indonesia diharapkan akan mencapai 4,9% pada tahun 2022 mengingat dampak terkini dari perang Ukraina-Rusia terhadap harga.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Proteksi Asuransi Kredit, Akseleran Sukses Tekan NPL
Next Post Siap Lunasi Obligasi Jatuh Tempo, Peringkat Chandra Asri (TPIA) Ditegaskan idAA-

Member Login

or