PT AXA Mandiri Financial Services (AXA Mandiri) menargetkan mampu menggaet 25 persen nasabah Bank Mandiri dalam lima tahun ke depan melalui jalur distribusi in branch atau kantor melekat di kantor cabang Bank Mandiri. Saat ini, penetrasi AXA Mandiri baru atau 12 persen dari total nasabah Bank Mandiri, atau sekitar 1,2 juta nasabah. “Kebutuhan proteksi ada di semua layer, makanya kami bidik hingga 25 persen dengan berbagai strategi yang sudah kami siapkan,” tutur Director of In Branch Channel AXA Mandiri Tisye D Retnojati kepada wartawan di Jakarta, 30 November 2017.
– Tisye menjelaskan beberapa strategi baru akan diterapkan melihat pola transaksi yang berubah dari nasabah. Dia akui bahwa saat ini banyak nasabah yang tidak lagi mendatangi kantor bank untuk bertransaksi. Nasabah lebih banyak bertransaksi secara mobile atau melalui internet di dunia maya. “Shifting transaksi ini yang kita antisipasi dengan berbagai strategi, apakah customer services kami yang datang ke nasabah dengan menjemput bola,” katanya.
– Seiring perubahan kebiasaan nasabah bank tersebut, AXA Mandiri melihat penambahan inbranch di kantor cabang Bank Mandiri bukan merupakan langkah efektif untuk meningkatkan premi. Apalagi, pertumbuhan pembukaan cabang baru Bank Mandiri tidak terlalu besar.
– Selain itu, perseroan juga belum melihat adanya kebutuhan mendesak untuk menambah Financial Advisor (FA). Secara alami, penambahan FA hanya sekitar lima persen tiap tahun. Saat ini, AXA Mandiri memiliki 2.300 FA yang ditempatkan di 2.100 kantor cabang Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri. Dari 12 region, pembagian region disamakan dengan Bank Mandiri, menurut Tisye sekitar 55 persen nasabah berasal dari kantor AXA Mandiri di region 3, 4, dan 5 yang meliputi Jabodetabek dan Karawang. Porsi terbesar lainnya disumbang region Surabaya, Medan, dan Bandung.
– Dia jelaskan, AXA Mandiri masih menjadi pemimpin pasar di jalur distribusi bancassurance di Indonesia dengan pangsa pasar 18,6 persen. Lini distribusi bancassurance memberi kontribusi 80 persen dari pendapatan premi AXA Mandiri, sisanya dipasok dari lini alternatif baik itu telemarketing, digital, dan bisnis korporat. “Walaupun terjadi shifting transaction, bancassurance masih tetap yang terbesar karena produk unitlink masih diminati masyarakat Indonesia dan tumbuhnya cukup besar,” tutur dia. Ditambahkan, sesuai aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), produk unitlink harus dijual secara tatap muka. Pendapatan premi AXA Mandiri 74 persen dari unitlink dan 26 persen dari produk tradisional.
– Tisye menyatakan kebanggaannya bahwa menginjak usia 14 tahun, AXA Mandiri mampu menjadi nomor satu di bisnis bancassurance di Indonesia. “Ini bukan perkara mudah, kami ingin menjaga pertumbuhan bisnis kami yang sehat di Indonesia. Kami juga berkomitmen untuk melayani kebutuhan nasabah dengan produk dan layanan yang optimal, dengan selalu melakukan inovasi atas produk dan layanan, agar para nasabah kami mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu ‘Empower People To Live a Better Live’,” tuturnya.
– Lebih lanjut ditambahkannya bahwa perseroan optimistis akan dapat mencapai pertumbuhan premi double digit di akhir tahun nanti dan terus berlanjut di tahun depan. Terutama karena selama ini AXA Mandiri makin gencar mengadakan kegiatan literasi keuangan sehingga masyarakat semakin paham perlunya memiliki proteksi di kehidupan mereka. Langkah lain adalah lewat optimalisasi platformdigital seperti Social Media Command Centre (SMCC) untuk mengkampanyekan kesadaran literasi keuangan dan pentingnya memiliki perlindungan atau proteksi kepada masyarakat.
– Saat ditanya mengenai persaingan industri asuransi jiwa yang semakin ketat, Tisye D Retnojati mengatakan bahwa persaingan yang ketat itu menjadi pemacu optimisme bahwa industri asuransi di Indonesia masih memiliki potensi besar. “Termasuk memaksa setiap perusahaan asuransi untuk terus berinovasi, baik dalam menyediakan solusi perlindungan maupun memberikan layanan yang berkualias,” paparnya. Edi
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News