Media Asuransi, JAKARTA – Tetangga Rusia, Bulgaria tidak akan mendukung sanksi baru Uni Eropa terhadap Rusia jika negara Balkan sekaligus anggota NATO itu tidak mendapat relaksasi terkait rencana embargo minyak dari Negeri Beruang Merah.
Adapun, Uni Eropa kini tinggal selangkah lagi menerapkan sanksi tersebut sebagai respons atas serangan Rusia ke Ukraina. Pembicaraan akan berlanjut pada Senin (9/5) untuk memastikan negara-negara yang paling bergantung pada energi Rusia dapat mengatasinya.
“Posisi kami sangat jelas. Jika ada relaksasi (sanksi) untuk beberapa negara, kami juga ingin mendapatkannya,” kata kata Wakil Perdana Menteri Assen Vassilev kepada televisi nasional BNT, dikutip Reuters, Minggu (4/9/2022).
Baca juga: Libur Lebaran Usai, IHSG Langsung Longsor
“Jika tidak, kami tidak akan mendukung sanksi. Tapi, saya tidak berharap untuk sampai ke sana,” imbuhnya.
Selain Bulgarian, Hungaria yang terkurung daratan, Slovakia, dan Republik Ceko, sangat bergantung pada minyak mentah Rusia yang dikirim melalui jaringan pipa era Soviet. Negara-negara tersebut menghadapi tantangan untuk mengamankan sumber-sumber alternatif dan telah meminta ada relaksasi terkait rencana larangan impor minyak tersebut.
Adapun, Komisi Eropa telah memberi lebih banyak waktu kepada tiga negara itu untuk mengalihkan pasokan energi mereka. Namun, Bulgaria tidak mendapatkan ‘keistimewaan tersebut.
Baca juga: Ikuti Tren Mata Uang Lainnya, Nilai Tukar Rupiah Berpotensi Melemah
Vassilev menegaskan Bulgaria juga perlu mendapatkan relaksasi karena satu-satunya kilang di pelabuhan Laut Hitam Burgas membutuhkan waktu untuk meningkatkan fasilitas desulfurisasi yang diperlukan untuk beralih ke pemrosesan minyak mentah non-Rusia.
Kilang Neftochim Burgas, yang dimiliki oleh LUKOIL Rusia, adalah penyedia bahan bakar yang dominan di negara termiskin di kelompok Uni Eropa tersebut. Saat ini, setengah dari minyak yang diprosesnya berasal dari Rusia.
Tak adanya relaksasi akan menimbulkan risiko lingkungan yang serius ke wilayah Burgas atau memaksa kilang minyak untuk mengurangi pemrosesan. Hal tersebut akan menciptakan defisit dan selanjutnya meningkatkan harga bahan bakar.
Rusia sendiri rencananya akan mengumumkan kemenangan atas Ukraina dalam perang yang sudah berlangsung selama beberapa bulan pada hari ini (9/5). Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News