PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI) menargetkan pertumbuhan premi bruto 29 persen pada 2018. Sejumlah strategi disiapkan termasuk mengembangkan penjualan produk melalui kanal digital serta terus melihat potensi baru yang muncul di pasar. Presiden Direktur Asuransi Bintang Hastanto SM Widodo mengatakan bahwa pihaknya mampu mendorong perkembangan perusahaan dalam beberapa tahun terakhir melalui proses adaptasi, kreasi,dan pendayagunaan teknologi sehingga dapat merespons kebutuhan pasar dengan menciptakan produk baru dan jalinan kemitraan baru. “Tahun depan sekitar 80 persen polis akan dipasarkan secara digital,” kata Hastanto Widodo dalam paparan publik kinerja keuangan Asuransi Bintang di Jakarta, 8 Desember 2017.
Untuk tahun ini, pihaknya membidik pencapaian premi bruto sebesar Rp405 miliar. Sementara laba bersih ditargetkan mencapai Rp10,3 miliar. Hingga Oktober 2017, premi bruto yang diraih Asuransi Bintang mencapai Rp325,41 miliar. Sementara di periode yang sama tahun lalu baru mencatatkan premi Rp266,45 miliar. “Tahun depan kami akan terus fokus kembangkan kanal digital. Hal ini juga akan semakin menyasar segmen nasabah ritel, saat ini penyumbang terbesar masih berasal dari ritel 60 persen, lalu sisanya korporasi,” paparnya.
Perusahaan juga telah selesai mengembangkan sistem informasi untuk mendukung penjualan berbasis digital dengan konsep ‘location based sales & just-in time insurance’. Dengan pengembangan ini, akan mendukung Asuransi Bintang melakukan penjualan produk asuransi mikro jangka pendek pada lokasi target dan nasabah tertentu pada masa tertentu. Asuransi Bintang juga telah menyiapkan payment channel baru dengan cakupan yang lebih luas lagi melalui kerja sama dengan FinPay.“Selain melalui aplikasi, kami juga promosi melalui jejaring sosial dan juga bekerjasama dengan fintech lending,” ujarnya.
Dia juga menjelaskan, hasil investasi sampai Oktober 2017 naik Rp19,9 miliar atau tumbuh 232,9 persen mencapai Rp28,45 miliar dibanding periode sama tahun lalu Rp8,55 miliar. Peningkatan hasil investasi terutama disebabkan oleh reklasifikasi aset dipakai sendiri menjadi aset investasi sehubungan dengan perubahan penggunaan, dengan selisih penilaian sebesar Rp19,8 miliar.
Peningkatan hasil investasi juga ditopang oleh kenaikan nilai pasar reksa dana Rp2,6 miliar dan selisih kurs investasi Rp886 juta. “Sebagaimana diketahui, terjadi penurunan tingkat suku bunga deposito yang menyebabkan penurunan pendapatan bunga deposito sebesar 30,6 persen. Sementara itu, pendapatan dari bunga obligasi menurun meski tidak signifikan,” kata dia.
Direktur Marketing & Sales Asuransi Bintang Reniwati Darmakusumah menambahkan bahwa saat ini perseroan telah menjalin kerja sama fintech lending seperti Pinjam.co.id. Ke depan, Asuransi Bintang juga masih akan menggaet perusahaan fintech lending lainnya. Hingga Oktober 2017, kanal distribusi penjualan produk berasal darileasing sebesar 32 persen, broker 26 persen, direct 15 persen, keagenan 14 persen. “Sisanya penjualan berasal dari bank dan telemarketing masing-masing sebesar lima persen dan delapan persen. “Semua kanal penjualan akan kami kembangkan di tahun depan termasuk penetrasi ke perbankan yang potensinya masih besar,” ujar Reniwati.
Hingga Oktober 2017 lini bisnis properti atau harta benda dan kendaraan masih mendominasi premi bruto ASBI dengan kontribusi masing-masing sebesar 39 persen dan 32 persen. Menyusul, asuransi varia atau aneka berkontribusi hingga 19 persen pada total premi bruto. Selebihnya, premi bruto berasal dari lini bisnis marine cargo, marine hull dan engineering. “Kami akan terus meningkatkan porsi premi bruto dari asuransi varia,” ujarnya. Wik
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News