1
1

Proyeksi Pasar Obligasi 2022 versi Mandiri Sekuritas

Salah satu kantor PT Mandiri Sekuritas | Foto: Doc

Media Asuransi, JAKARTA – Di tengah ketidakpastian perekonomian dunia, pasar obligasi Indonesia juga mengalami kenaikan yield akibat foreign fund outflow. Obligasi masih menjadi instrumen yang menarik karena memberikan cash flow kupon yang pasti dan tingkat imbal hasil yang masih menarik.

“Dukungan investor domestik untuk obligasi pemerintah yang tinggi membuat pasar obligasi Indonesia cukup resilient. Kenaikan yield obligasi pemerintah Indonesia relatif lebih kecil dibandingkan negara-negara emerging market lainnya,” kata Head of Fixed Income Analyst Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto.

|Baca juga: Mandiri Sekuritas Proyeksi IHSG 7.800 di Akhir 2022

Menurut dia, dukungan investor domestik kepada obligasi pemerintah akan terus solid karena faktor likuiditas rupiah yang masih melimpah. Secara umum, terjadi pertumbuhan pada kredit perbankan sebesar ±9%, namun Dana Pihak Ketiga (DPK) berupa tabungan, giro, dan deposito juga mengalami kenaikan yang lebih tinggi yakni ±10%.

“Hal ini menyebabkan tren loan to deposit ratio perbankan terus menurun, yang berarti sistem perbankan Indonesia memiliki likuiditas yang memadai. Dampaknya suku bunga deposito terus mengalami penurunan, sehingga selisih antara bunga depoito dan yield SUN semakin melebar. Kondisi ini membuat dukungan investor domestik terhadap obligasi pemerintah Indonesia akan terus berlanjut,” jelasnya dalam keterangan resmi yang dikutip Media Asuransi, Jumat, 24 Juni 2022.

Handy menambahkan bahwa tren likuiditas pada perbankan akan terus memadai, mengingat Bank Indonesia masih akan melakukan burden sharing SKB3, dengan memberikan membeli obligasi pemerintah di pasar perdana sejumlah Rp220 triliun. Selain itu, pemerintah masih menjalankan ekspansi fiscal, mengingat defisit APBD masih di atas 4 persen dari PDB serta terjadi surplus pada neraca perdagangan Indonesia, akan turut menjaga likuiditas ke depannya. 

Di tengah ketidakpastian global yang masih terjadi akibat pandemi, geopolitik perang Rusia dan Ukraina, disrupsi rantai pasokan, kenaikan inflasi yang diikuti dengan kenaikan suku bunga global, maka diversifikasi portofolio investasi menjadi sangat penting. “Dan obligasi menjadi instrumen yang menarik karena memberikan cash flow kupon yang pasti, dengan tingkat imbal hasil yang masih menarik dan nilai pokok investasinya akan kembali lagi pada saat jatuh tempo,” kata Handy Yunianto.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Mandiri Sekuritas Proyeksi IHSG 7.800 di Akhir 2022
Next Post Digitalisasi Digenjot, Nilai Transaksi Non-Cash Rp4.430 Triliun

Member Login

or