Media Asuransi, JAKARTA – Kinerja reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap sedang dalam kondisi yang volatile sehingga investor disarankan untuk wait and see.
Dikutip dari Weekly Mutual Funds Update PT Infovesta Utama, kinerja IHSG kembali tertekan ke level 6.794,33 atau turun 3,5% dalam sepekan terakhir. Tekanan yang terjadi terhadap IHSG terutama disebabkan pengumuman dari BI atas rilis data inflasi Indonesia pada Juni 2022 yang mencapai 0,61% (mtm) atau 4,35% (yoy). Level ini melebihi target atas tahunan Bank Indonesia di angka 3% (±1%).
Badan Pusat Statistik (BPS) mengakui adanya peningkatan harga pangan tingkat global akibat perang invasi lanjutan antara Rusia-Ukraina sehingga menyebabkan beberapa negara menerapkan kebijakan restriksi ekspor pangan yang berlaku di sepanjang Juni 2022.
Namun, BI melihat bahwa rilis data inflasi inti Mei yang masih tergolong rendah serta kenaikan subsidi energi oleh pemerintah yang di dukung pembiayaan dari BI akan tetap mendorong terkendalinya inflasi di Indonesia. Sehingga, BI berencana untuk tidak buru-buru menaikkan suku bunga bulan depan karena fundamental ekonomi Indonesia yang masih stabil.
|Baca juga: Kinerja Reksa Dana Saham Fluktuatif, Investor Disarankan Tetap Waspada
“Namun di tengah perekonomian Indonesia yang masih stabil saat ini, kami menyarankan agar pelaku pasar tetap waspada terhadap ancaman global seperti pengetatan moneter the Fed serta risiko inflasi global di beberapa negara yang akan memberikan tekanan terhadap pasar saham maupun obligasi.”
Untuk outlook pasar obligasi saat ini, Infovesta melihat masih akan bergerak fluktuatif sejalan dengan tren kenaikan suku bunga global dan inflasi tinggi. Dengan berbagai kebijakan yang ditempuh pemerintah saat ini belum terlalu mengurangi tekanan di pasar obligasi. “Kami melihat pelaku pasar masih tetap waspada akan peluang kenaikan suku bunga The Fed maupun BI yang bisa menjadi sentimen negatif untuk yield SBN.
Melihat situasi kondisi pasar saat ini, Infovesta melihat kinerja reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap sedang dalam kondisi yang volatile sehingga investor sebaiknya tetap wait & see. Namun bagi investor yang tetap ingin berinvestasi di reksa dana saham dapat melakukan strategi investasi average down untuk memperkecil risiko kerugian.
Sedangkan untuk reksa dana pendapatan tetap masih dalam tekanan sehingga investor disarankan tidak berinvestasi terlebih dahulu. Di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, investor sebaiknya selalu waspada terhadap isu kebijakan kenaikan suku bunga the Fed maupun BI yang mempengaruhi pergerakan pasar obligasi.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News