Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini diperkirakan masih dibayangi sejumlah sentimen negatif sehingga pergerakannya berpotensi tertekan.
Pengamat pasar keuangan dan komoditas, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa sentimen negatif untuk rupiah masih belum hilang. Pasar masih mewaspadai hasil rapat Bank Sentral AS Kamis dinihari pekan ini. “Pasar juga mengkhawatirkan inflasi tinggi dan potensi perlambatan ekonomi,” katanya kepada Media Asuransi, Rabu, 27 Juli 2022.
Menurut Ariston, kalau The Fed memberikan indikasi masih akan agresif menaikkan suku bunga acuan pasca rapat Juli, dolar AS bisa menguat lagi dan sebaliknya. Inflasi AS yang masih menaik menjadi alasan bagi The Fed untuk menerapkan kebijakan pengetatan moneter yang agresif untuk menurunkan level inflasi tersebut.
|Baca juga: Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Diperkirakan Masih Rentan
Semalam, terang Ariston, IMF kembali mengeluarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Kali ini IMF memangkas proyeksi pertumbuhan 2022 dan 2023 sebesar 0,4 dan 0,7 poin menjadi 3,2% dan 2,9% dibandingkan proyeksi bulan April lalu. Rilis ini memvalidasi kekhawatiran pasar terhadap potensi resesi global karena inflasi tinggi.
Di sisi lain, sambungnya, ekspektasi resesi ekonomi di AS memberikan kesempatan bagi nilai tukar lain untuk menguat terhadap dolar AS. Ekspektasi resesi di AS bisa menahan agresivitas The Fed dalam menaikkan suku bunga acuannya. “Potensi pergerakan hari ini Rp14.960-Rp15.020,” katanya.
Sementara itu pada perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot ditransaksikan stagnan pada level Rp14.993 per dolar AS, sedangkan di JISDOR BI nilai tukar rupiah ditransaksikan menguat 0,05% ke level Rp14.984 per dolar AS.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News