1
1

Survei: Kripto Jadi Alat Pembayaran, Starbucks Hingga Lamborghini Udah Duluan

Perdagangan kripto. } Foto: Freepick

Media Asuransi, JAKARTA – Penggunaan cryptocurrency kini kian masif. Di kalangan retailer, mata uang kripto mulai diterima sebagai alat pembayaran, Starbucks hingga Lamborghini sudah memanfaatkannya.

Menurut survei yang dilakukan oleh Deloitte berjudul “Pedagang Bersiap-siap untuk Kripto”, hampir 75% perutel berencana untuk menerima pembayaran cryptocurrency atau stablecoin dalam dua tahun ke depan.

Deloitte mensurvei sampel 2.000 eksekutif senior dari industri ritel yang mewakili berbagai subsektor termasuk kosmetik, elektronik, mode, transportasi, makanan, dan minuman.

Baca juga: Pacar Vladimir Putin Kena Sanksi AS, Rusia Ngamuk

Dalam laporan tersebut menyebut bahwa mata uang digital seperti Bitcoin biasanya hanya bernilai seperti yang diyakini pengguna.

Sedangkan stablecoin adalah jenis mata uang kripto yang memperoleh nilainya dari aset yang mendasarinya. Stablecoin sering dipatok ke mata uang seperti dolar AS atau komoditas seperti emas.

Meskipun membayar dengan mata uang kripto cukup baru, 83% peritel mengharapkan minat konsumen pada mata uang digital meningkat mulai tahun depan. Selain itu, lebih dari setengahnya telah menginvestasikan sekitar US$ 1 juta untuk memungkinkan pembayaran digital, menurut survei, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (3/8/2022).

Bagi konsumen, itu berarti Anda dapat segera membeli pakaian, minuman, produk kecantikan, dan lainnya dengan mata uang kripto.

Meskipun peritel berencana untuk menerima mata uang digital sebagai pembayaran, ini bukan berarti mereka bisa akan menyimpannya sebagai aset virtual.

Baca juga: Ketua DPR AS Tiba di Taiwan, China Kobarkan Perang

Lebih dari 50% responden berencana meminta agar pemroses pembayaran pihak ketiga untuk mengubah mata uang digital menjadi fiat, yaitu uang yang ditetapkan sebagai alat pembayaran yang sah oleh pemerintah seperti dolar AS, pound Inggris, dan euro.

Ini berarti peritel tidak berencana untuk benar-benar menyimpan kemudian menggunakan lagi mata uang kripto yang mereka terima dari konsumen.

Mengingat ketidakpastian pasar kripto, strategi ini dianggap berisiko lebih rendah bagi retailer daripada menyimpan mata uang kripto di kas mereka. Pendekatan ini juga membuat pengecer lebih cepat dan lebih mudah untuk memungkinkan pembayaran dengan mata uang digital, lapor Deloitte.

Para peritel yang penasaran dengan mata uang kripto menyadari bahwa ada sejumlah tantangan yang harus diatasi untuk memungkinkan pembayaran dengan mata uang digital.

Hampir 90% menyebutkan kerumitan membuat infrastruktur keuangan mereka yang ada kompatibel dengan berbagai mata uang digital sebagai tantangan terbesar mereka.

Selain itu, keamanan platform pembayaran menduduki puncak daftar hambatan adopsi, survei mengungkapkan, diikuti oleh kekhawatiran tentang lanskap peraturan yang berubah dan ketidakstabilan pasar mata uang digital

Lebih dari setengah peritel setuju bahwa peraturan tertentu mengenai mata uang digital perlu diberlakukan, termasuk panduan nasional tentang memegang aset digital, kejelasan tentang implikasi pajak dari penggunaan mata uang digital dan kemampuan untuk menyimpan mata uang digital di rekening bank.

Terlepas dari kekhawatiran mereka, pengecer tetap optimis tentang manfaat pembayaran dengan cryptocurrency. Hampir setengah dari pengecer percaya langkah ini akan meningkatkan pengalaman pelanggan dan meningkatkan basis pelanggan mereka.

“Kami mengantisipasi bahwa kemitraan lebih lanjut dengan lembaga yang teregulasi dan mapan di industri akan membantu memberikan manfaat mata uang digital [misalnya, kenyamanan dan dukungan] dan akan terus membangun fondasi kepercayaan yang diperlukan.” laporan tersebut menyimpulkan. Aha

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Pacar Vladimir Putin Kena Sanksi AS, Rusia Ngamuk
Next Post Sosok Penggugat Blue Bird, Kapolda Metro Jaya dan Mantan Kapolri Rp11 Triliun

Member Login

or