Media Asuransi, JAKARTA – PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) memperoleh fasilitas pinjaman sebesar Rp50 miliar dari PT Bank Victoria International Tbk yang akan digunakan untuk refinancing BTS dan MCP.
Wakil Direktur Utama Bali Towerindo, Lily Hidayat, mengungkapkan bahwa pada 9 September 2022 pihaknya telah menandatangani perjanjian penambahan pinjaman dengan PT Bank Victoria International Tbk sebesar Rp50 miliar.
Pinjaman tersebut bertenor 36 bulan dengan jaminan menara telekomunikasi milik perseroan. Tujuan penggunaan tambahan fasilitas pinjaman tersebut adalah refinancing BTS dan MCP yang digunakan untuk capex.
“Pinjaman dana tersebut akan memperkuat kinerja operasional perseroan, berdampak positif untuk kelangsungan usaha perseroan,” jelas Lily melalui keterbukaan informasi kepada publik.
|Baca juga: Pefindo Tegaskan Rating Bali Towerindo idA- Outlook Stabil
Sebelumnya, Fitch Ratings Indonesia telah mengafirmasi Peringkat Nasional Jangka Panjang PT Bali Towerindo Sentra Tbk di ‘A-(idn)’. Outlook adalah Stabil.
Dikutip dari keterangan resminya, Fitch menyatakan afirmasi peringkat merefleksikan pandangan Fitch bahwa perusahaan akan tetap memelihara profitabilitas dan metrik kreditnya yang sepadan dengan peringkatnya dalam jangka menengah. Hal ini meskipun ada potensi pertumbuhan yang lebih lambat dalam bisnis menara karena merger antara PT Indosat Tbk (BBB-/AA(idn)/Stabil) dan PT Hutchison 3 Indonesia (Hutch) baru-baru ini.
“Namun, kami mengekspektasikan ini akan diimbangi sebagian oleh pertumbuhan bisnis fibre-to-the-home (FTTX) perusahaan. Kami juga mengestimasi adanya ruang gerak leverage seiring dengan usaha Bali Tower untuk mendiversifikasi bisnisnya,” jelasnya.
Peringkat Nasional ‘A’ menunjukkan ekspektasi tingkat risiko gagal bayar yang rendah relatif terhadap emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama.
|Baca juga: Bali Towerindo (BALI) Diganjar Peringkat idA- Stabil
Fitch mengekspektasi pendapatan campuran Bali Tower akan bertumbuh dengan kisaran mid-to-high single digits pada tahun 2022-2023 (6M22: 10%), ditopang oleh segmen FTTX-nya. Fitch memperkirakan pendapatan FTTX akan meningkat sebesar mid-teens pada tahun 2022-2023 karena permintaan pelanggan perumahaan yang lebih kuat.
Di sisi lain, Fitch memperkirakan pertumbuhan pendapatan menara akan datar pada tahun 2022-2023 karena merger Indosat dan Hutch, yang bersama-sama berkontribusi sebesar 42% pada pendapatan menara Bali Tower pada 6M22. Fitch memperkirakan bisnis menara dan FTTX Bali Tower akan mencapai hampir 2.200 penyewa (6M22: 2.052) dan 75.000 pelanggan (6M22: 53.275) pada tahun 2023.
Peringkat Bali Tower merefleksikan skala operasionalnya yang jauh lebih kecil dibanding peers-nya dalam industri menara dan fixed-broadband Indonesia yang diperingkat lebih tinggi. Hal ini membatasi posisinya pada pasar yang lebih luas, maupun relative power-nya dalam value chain. Namun perusahaan memperoleh kelebihan kompetitif dengan menjadi operator menara yang dominan pada area tertentu, seperti Bali, dan dengan fokus pada segmen khusus seperti menyediakan micro-cell poles (MCP) di Jakarta.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News