Melalui Daily Write Up bertajuk BTPN Syariah (BTPS IJ/Not rated) – As cheap as chips, analis Mirae Sekuritas, Hariyanto Wijaya, mengatakan bahwa melayani segmen pinjaman ultra mikro dengan prospek NIM, ROE, dan pertumbuhan pinjaman yang unggul. BTPS adalah salah satu dari sedikit bank di Indonesia yang melayani pasar pinjaman ultra-mikro.
Hariyanto menuturkan keuntungan melayani ultra-mikro adalah margin bunga bersih (NIM) & ROE yang unggul. Sebelum pandemi Covid-19, BTPS membukukan NIM >30% dan ROE >24%. Pandemi berdampak negatif terhadap kinerja BTPS akibat pembatasan sosial tahun 2020 dan 2021.
|Baca juga: BTPN Syariah Lakukan Berbagai Inisiatif Wujudkan Ekosistem Digital Syariah
Menurutnya, meningkatnya mobilitas masyarakat mendorong pemulihan pertumbuhan pinjaman dan laba bersih ke tingkat sebelum Covid-19. Peningkatan mobilitas masyarakat dan kegiatan ekonomi membuat pertumbuhan pinjaman dan laba bersih pulih dengan cepat.
“Kami memperkirakan pertumbuhan pinjaman BTPS akan pulih ke level belasan persen di FY23F, pertumbuhan laba bersih FY23F >30% yoy (vs pertumbuhan laba bersih rata-rata di atas 40% p.a. sebelum pandemi Covid-19),” jelasnya.
Di pihak lain, bisnis pinjaman ultra-mikro cenderung tahan terhadap kenaikan harga BBM. Belajar dari pengalaman, terang Hariyanto, segmen mikro dan ultra mikro cukup tangguh menghadapi kenaikan harga BBM. Dilihat dari kinerja keuangan pesaing terdekat BTPS, PNM, di FY13 dan FY14 di tengah kenaikan harga bahan bakar yang signifikan, PNM masih membukukan pertumbuhan laba bersih yang kuat sebesar 11,8% yoy dan 28,7% yoy.
Lebih lanjut, Hariyanto menilai saham BTPS memiliki undemanding valuation yaitu diperdagangkan pada 2,7x P/B konsensus FY22 BV (-1,6 SD dari P/B rata-rata 3 tahun). “Menurut kami, valuasi BTPS undemanding, karena BTPS seharusnya layak mendapatkan multiple valuation yang lebih tinggi dari saat ini: 1) BTPS akan membukukan pertumbuhan laba bersih FY23F yang kuat, didorong oleh pertumbuhan pinjaman yang kuat, 2) pengembalian atas ekuitas (ROE) yang unggul akan pulih menjadi >24% di FY23F, dan 3) neraca yang lebih bersih di FY23F.”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News