1
1

Penggunaan Kendaraan Listrik Marak, Cermati Saham-Saham Ini

Media Asuransi, JAKARTA – Mulai maraknya penggunaan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dinilai akan memberikan dampak positif terhadap saham-saham yang menjalankan bisnis di sektor kendaraan listrik.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, menerangkan beberapa sentimen yang dapat menjadi pendorong pergerakan emiten pada sektor kendaraan listrik/Electric Vehicle (EV) yaitu komitmen pemerintah Indonesia untuk menekan jumlah emisi karbon. Indonesia berupaya mengurangi emisi karbon sebesar 29% di tahun 2030, dan net zero carbon di tahun 2060.

“Strategi mengurangi jumlah emisi karbon tersebut salah satunya beralih pada kendaraan listrik. Dukungan dari pemerintah inilah yang menjadi booster bagi emiten sektor terkait karena akan lebih mudah dalam mendapatkan pendanaan untuk mengembangkan bisnisnya,” jelasnya.

Sejauh ini, terangnya, Kementerian Perindustrian memproyeksikan 20% penggunaan kendaraan berbasis baterai listrik pada tahun 2025. Adapun untuk produksi mobil listrik dan bus listrik diprediksikan mencapai 600 ribu unit pada tahun 2030. Sentimen positif lainnya yaitu, kenaikan harga bensin menyusul kenaikan harga minyak mentah yang terjadi secara global membuat produk EV menjadi lebih kompetitif.

|Baca juga: IBC dan ANTM Bikin Usaha Patungan dengan Raksasa Baterai Mobil Listrik

Menurut Ratih, meningkatnya permintaan Electric Vehicle (EV) secara global turut memberikan multiplier effect pada kenaikan harga komoditas nikel, tembaga, kobalt, lithium serta material baterai lainnya.

Perusahaan tambang nikel yaitu PT Vale yang berpusat di Brazil, dalam keterangannya mengungkapkan permintaan global terhadap nikel akan meningkat 44% pada tahun 2030, jika dibandingkan dengan tahun ini. Permintaan nikel diprediksikan mencapai 6,2 juta ton sering dengan transisi energi terbarukan yang semakin gencar. Selain nikel, permintaan terhadap tembaga sebagai bahan dalam pembuatan baterai kendaraan juga akan mengalami peningkatan sekitar 20% di tahun 2030 menjadi 37 juta ton.

Kenaikan harga komoditas komponen pembuatan baterai akibat melesatnya permintaan yang saat ini dikenal dengan greenflation dapat menekan margin profitabilitas perusahaan EV. Mengingat biaya baterai sendiri saat ini mencangkup 30% dari total biaya pembuatan EV. Hal ini tentunya menjadi tantangan kedepan bagi perusahaan EV untuk menerapkan model bisnis yang efisien demi mengurangi tekanan biaya produksi.

Beberapa emiten saat ini gencar melakukan diversifikasi bisnis energi terbarukan khususnya pada kendaraan listrik mengingat potensi bisnis pada segmen ini masih sangat besar. Misalnya, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) melalui anak usahanya PT WIKA Industri dan Konstruksi (WIKON) memiliki 10,63% saham produsen motor listrik Gesits yang telah menguasai 26% market share motor listrik di Indonesia.

|Baca juga:  Indika Energy Ekspansi Bisnis ke Mobil Listrik

Emiten lainnya yaitu PT Indika Energy Tbk (INDY) yang telah meluncurkan produk motor listrik bernama ALVA. Hal tersebut sejalan dengan komitmen INDY yang menargetkan pendapatan non batu bara sebesar 50% di tahun 2025.

Kemudian, PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) yang berfokus pada produksi kendaraan listrik, seperti sepedah listrik dan motor listrik. Selain itu  PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) membentuk joint venture dengan SiCepat membentuk PT Volta Indonesia, mengembangkan produk motor listrik bernama Volta dengan target produksi 10 ribu unit motor listrik di tahun 2022.

Secara teknikal Ratih melihat beberapa saham-saham diatas saat ini bergerak bullish dalam jangka pendek hingga menengahnya, berikut emiten di sektor kendaraan listrik yang perlu dicermati oleh investor antara lain:

SLIS
(Buy) di area Rp304 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp340 serta pertimbangkan cut loss apabila break support pada area MA-5 nya di level harga Rp260.

INDY
(Buy on Weakness) di area Rp2.920 sampai Rp2.940, dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp3.180 serta pertimbangkan cut loss jika break support di level harga Rp2.850.

WIKA
(Buy on Weakness) di area Rp1.050 sampai Rp1.060, dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp1.140 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp1.025.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post BEDAH SAHAM: Mengintip Undemanding Valuation BTPN Syariah
Next Post Premi Asuransi Umum Q-2/2022 Tumbuh 20 Persen

Member Login

or