1
1

Resesi di Depan Mata, 6 Langkah Pengelolaan Keuangan Ini Wajib Hukumnya

Media Asuransi, JAKARTA – Pandemi Covid-19 tidak hanya mendatangkan masalah kesehatan, tetapi juga mendatangkan masalah ekonomi bagi seluruh penduduk di muka bumi ini. Kaitan antara pandemi dengan ekonomi tak sulit kita bayangkan. Ditambah lagi perang Rusia -Ukraina yang masih belum tahu kapan ujungnya. Ancaman resesi global pun terus mendekat.

Dalam proyeksi terbarunya, Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut ekonomi dunia tahun ini hanya akan bertumbuh 3,2%. Bahkan, di tahun depan angkanya lebih jelek lagi, yakni 2,8%.

Baca juga: Indonesia Menyusul?, 4 Tanda AS Resesi 6 Bulan Lagi

Mengelola pengeluaraan di masa krisis

Untuk Indonesia, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional hanya bisa berkembang 5% ditahun 2023. Prediksi ini pun masih bergantung terhadap kondisi ekonomi dunia yang semakin terkontraksi dalam.

Sekarang tinggal bagaimana kita pintar-pintar mengelola keuangan masing-masing agar selamat melalui tahun 2022 yang penuh dengan rintangan. Lalu, bagaimana cara kita untuk mengelola keuangan? Berikut, tipsnya yang diambil dari pengalaman kita melalui dua krisis tersebut.

1. Hindari panik

Saran ini terdengar sangat mudah untuk dilakukan. Namun percayalah, tidak mudah untuk tidak terjebak dalam kepanikan saat kita berada di situasi krisis. Menjelang atau selama masa krisis, kita akan mendengar banyak rumor ini itu, atau bahkan hoax. Nah, di saat menerima kabar yang belum jelas kebenarannya, kita sebaiknya tidak langsung bereaksi. Cek dan ricek terlebih dulu informasi yang kita terima, daripada kita menyesal belakangan.

2. Menunda pengeluaran yang tidak perlu

Selama krisis, sikap paling bijak dalam mengelola keuangan adalah menahan pengeluaran sebisa mungkin. Mengapa? Karena di masa krisis, ada risiko arus masuk uang kita akan tersendat. Misal, Anda yang berstatus karyawan terancam mengalami pemangkasan gaji. Atau yang berbisnis, bisa jadi mengalami penurunan omzet.

Baca juga: Setelah Semen Indonesia Caplok Semen Baturaja, Ini Yang Akan Terjadi

Di saat arus kas masuk berjalan perlahan, maka yang perlu kita lakukan tentu menyetel arus keluar uang di kecepatan yang sama. Ini artinya, Anda perlu menyusun ulang skala prioritas pengeluaran. Tundalah berbagai pengeluaran yang tidak perlu. Di masa pandemi, biaya yang bisa ditunda misalnya biaya berekreasi atau makan di luar.

3. Lunasi utang yang menumpuk

Hal lain yang dapat kita lakukan untuk menyesuaikan arus kas keluar dengan arus masuk dana adalah mengurangi utang, terutama yang berbunga tinggi seperti bunga kartu kredit, kredit tanpa agunan (KTA), dan pinjaman online. Anda dapat menutup utang berbunga tinggi ini dengan menjual aset, mencairkan investasi, atau memakai dana darurat. Ketika utang sudah dibayar, segera kembalikan posisi aset, investasi, dan dana darurat ke level yang ideal.

Melunasi utang termasuk strategi mengurangi beban karena selama krisis biasanya bunga utang akan naik. Berarti, jika masih memiliki utang, Anda akan menghadapi kemungkinan peningkatan biaya.

4. Disiplin anggaran

Selama melalui masa krisis, kita tidak hanya harus menyusun ulang bujet saja, tetapi juga benar-benar menjalankan anggaran tersebut. Memang, tidak mudah bagi kita untuk mengikuti anggaran yang berisikan pemangkasan pemasukan juga pengeluaran. Namun, kedisiplinan mengikuti rencana anggaran itu merupakan kunci kita untuk menjaga kesehatan keuangan kita selama krisis.

5. Pilih instrumen investasi moderat

Kegiatan investasi tidak serta merta harus berhenti di masa krisis, termasuk selama pandemi Covid-19 ini. Bagaimanapun, investasi merupakan jalan bagi kita untuk mencapai tujuan finansial di masa depan. Yang perlu kita lakukan adalah mengocok ulang portofolio investasi hingga sesuai dengan kondisi di masa krisis.

Lalu portofolio semacam apa yang paling sesuai dengan masa krisis? Tentu, portofolio yang condong ke aset-aset investasi yang memiliki tingkat risiko moderat, seperti reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, surat utang seperti ORI, SBR, atau sukuk ritel.

Untuk sementara, kurangi dulu dana yang Anda putar di saham. Mengapa? Karena perdagangan di bursa saham biasanya akan berjalan lesu selama krisis. Jadi, jika kita bermain saham di masa krisis, kita akan menghadapi risiko dana kita nyangkut di saham tertentu. Atau risiko yang lebih buruk lagi, saham yang kita miliki mengalami penurunan harga yang tajam.

6. Perbesar investasi di instrumen likuid

Sejalan dengan upaya memangkas aset yang berisiko tinggi, kita juga seharusnya memperbesar penempatan dana di instrumen-instrumen investasi yang memiliki tingkat likuiditas tinggi. Reksa dana pasar uang, deposito, atau emas bisa kita pilih sebagai instrumen likuid di masa krisis.

Kita perlu menempatkan dana lebih banyak di instrumen likuid selama krisis karena kita tidak pernah tahu risiko semacam apa yang akan muncul di masa-masa sulit ini. Untuk mengantisipasi terjadinya risiko yang tidak bisa diduga itu, kita perlu memegang instrumen investasi yang bisa kita cairkan dalam waktu cepat.

Di tengah kondisi sulit seperti ini, jangan lupa agar tetap mengalokasikan dana untuk asuransi. Dengan memiliki asuransi, Anda terhindar dari kejatuhan ekonomi yang lebih berat lagi saat pandemi Covid-19 masih berlangsung.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Prompt Manufacturing Index (PMI)-BI Q-3/2022: Kinerja Industri Pengolahan Tetap Kuat
Next Post Skyward Specialty Bermitra dengan Gradient AI Tawarkan Solusi Stop Loss

Member Login

or