Media Asuransi, JAKARTA – Pasar finansial global masih menunjukkan tren volatilitas tinggi. Di tengah kondisi ini, investor harus mencari strategi investasi yang tepat agar tujuan keuangannya dapat terealisasi.
Ketika pasar memperkirakan The Fed lebih mengerem laju kebijakannya, yang terjadi justru sebaliknya. The Fed mengubah laju Fed Funds Rate menjadi semakin agresif dibandingkan sebelumnya. Di samping itu, The Fed juga meningkatkan proyeksi pengangguran serta menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS).
Sisi positifnya, komunikasi yang cukup terbuka oleh The Fed menunjukkan bahwa kenaikan Fed Rate tinggi di depan (front loaded) terjadi di tahun ini dan perkiraan siklus tertinggi suku bunga tidak berubah, masih tetap di awal 2023. “Kondisi ini menyiratkan bahwa terbuka kemungkinan kebijakan The Fed yang lebih longgar, terutama ketika ekonomi mengalami kontraksi ekstrim atau inflasi turun konsisten,” kata Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Krizia Maulana, dalam keterangan tertulis, Selasa, 18 Oktober 2022.
|Baca juga: Pelaku Pasar Mesti Pahami Agenda Reformasi Suku Bunga
Sementara itu, perubahan struktural ekonomi di China yakni dari semula berorientasi pada ekspor menjadi pasar domestic, membawa dampak perubahan dan regulasi baru di berbagai sektor, seperti teknologi, edukasi dan properti. Selain itu, China juga dianggap tidak peka terhadap penanganan Covid-19 (Zero Covid Policy).
Meskipun begitu, kebijakan pemerintah China yang mengembangkan sektor-sektor prioritas industri masa depan seperti kendaraan listrik, EBT (energi baru dan terbarukan), otomasi, dan semikonduktor, dinilai menjadi peluang yang menarik bagi investor untuk masuk ke pasar China.
Menanggapi kebijakan agresif The Fed, Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) ke level 4,25 persen. Langkah ini dilakukan untuk menjaga ekspektasi inflasi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi, menjaga daya tarik rupiah, dan menjaga selisih antara suku bunga Indonesia dengan AS di zona positif.
Di tengah kondisi saat ini, menurut Krizia, diversifikasi untuk membangun portofolio yang resilien dapat menjadi strategi yang baik bagi para investor untuk mengoptimalkan potensi keuntungan sekaligus meminimalisir risiko. “Diversifikasi dapat dilakukan dari berbagai sisi, seperti diversifikasi kelas aset, diversifikasi pasar atau geografis, diversifikasi mata uang, maupun diversifikasi sektor,” jelasnya.
|Baca juga: Saatnya Investor Menangkap Peluang dari Siklus Pemulihan Ekonomi di Indonesia
Kawasan Asia yang beragam, menawarkan potensi diversifikasi bagi investor. Pelonggaran restriksi aktivitas, pembukaan kembali perjalanan internasional yang mendukung aktivitas ekonomi dan tekanan inflasi yang cenderung lebih rendah, dapat menjadi bantalan di tengah kondisi makroekonomi global yang penuh tantangan.
Bagi investor yang ingin melakukan diversifikasi investasi di pasar saham luar negeri (offshore), silakan manfaatkan reksa dana saham syariah offshore, misalnya pada kawasan Asia Pasifik. Investasi di kawasan Asia Pasifik memberikan peluang untuk menikmati keuntungan dari diversifikasi geografis, mata uang, dan investasi pada saham-saham unggulan. Potensi imbal hasilnya pun lebih optimal daripada sekadar disimpan dalam bentuk tabungan dolar AS.
“Salah satu reksa dana saham yang fokus pada kawasan Asia Pasifik yaitu reksa dana Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dolar AS (MANSYAF). Saat ini portofolio MANSYAF terdiri dari saham-saham perusahaan Asia berskala global dengan pendapatan mancanegara yang tersebar di bursa-bursa negara-negara di Asia Pasifik seperti China termasuk Hong Kong, Korea, India, Australia, termasuk Indonesia,” kata Krizia Maulana.
Dia jelaskan bahwa di tengah kondisi yang volatile seperti saat ini, pasar saham di kawasan Asia Pasifik dan Indonesia tetap memiliki peluang yang menarik. Dengan melakukan diversifikasi, kita dapat meningkatkan imbal hasil portofolio secara keseluruhan lewat kinerja yang lebih stabil dari waktu ke waktu. “Sebagai investor, dalam membuat keputusan investasi tentunya kita harus selalu mempertimbangkan tujuan investasi, jangka waktu investasi, dan disesuaikan dengan profil risiko masing-masing,” tuturnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News