1
1

Renungan Sumpah Pemuda, Apakah Kita Sudah Bergaya Hidup Sehat?

Media Asuransi, JAKARTA – Anak muda perlu memberikan perhatian serius soal gangguan kesehatan karena faktor gaya hidup. Sebagai gambaran, Anda bisa melakukan check list pada diri sendiri pada pertanyaan-pertanyaan ini, seperti banyak minuman kemasan dikonsumsi dalam seminggu, berapa gelas air putih yang diminum dalam sehari, kapan terakhir berolahraga, bagaimana jam tidur Anda dan apakah rutin melakukan medical checkup?

Hal ini disampaikan Senior Manager Medical Underwriter Sequis, Fridolin Seto Pandu, dalam keterangan resmi untuk menyambut Hari Sumpah Pemuda, Jumat 28 Oktober 2022.

Faktor gaya hidup telah menyebabkan banyak masalah kesehatan pada jangka panjang dan bisa saja berujung pada kerugian finansial. Hal ini karena perawatan kesehatan di rumah sakit membutuhkan biaya besar. Namun, demi kesembuhan, segala upaya pastinya akan dilakukan, Untuk itu, anak muda perlu mempersiapkan finansial dengan asuransi kesehatan.

Head of Digital Channel Sequis, Antonius Tan, menyebutkan bahwa Sequis melalui kanal asuransi online Super You by Sequis Online menyediakan asuransi kesehatan Super Easy Health untuk memenuhi kebutuhan anak muda, yakni mudah dibeli, premi terjangkau, dan dapat memberikan manfaat yang mumpuni bukan hanya menanggung biaya harian kamar rumah sakit. Tetapi, ada sejumlah manfaat yang berguna saat rawat inap. Misalnya, manfaat biaya perawatan kanker yang dibayarkan sesuai tagihan, biaya rawat cuci darah jika terdiagnosis gagal ginjal yang dibayar sesuai tagihan, dan manfaat terapi fisik oleh jasa ahli fisioterapi jika direkomendasikan oleh dokter spesialis.

|Baca juga: Sequis Adakan Customer Gathering untuk Nasabah di Medan

Berbicara tentang penyakit gaya hidup, umumnya disebabkan oleh pola makan dan kandungan yang tidak sehat. Misalnya, makan dalam porsi banyak dan tinggi gula, garam, lemak dan minyak. Selain itu, kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan organ paru dan jantung. Faktor lainnya adalah kurang bergerak, malas melakukan latihan fisik, dan tidak berolahraga secara teratur. Bagi yang terbiasa mengganti jam tidur malam dengan tidur pagi dan kurang beristirahat juga bisa menjadi pencetus penyakit gaya hidup.

“Penyakit gaya hidup tergolong Penyakit Tidak Menular (PTM) (bahasa Inggris: non-communicable disease, disingkat NCD), yakni penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi kuman, virus, bakteri, jamur atau bakteri. PTM ada yang tidak disadari atau kerap disebut penyakit dalam senyap, seperti hipertensi, kolesterol, dan diabetes. Penderitanya sering merasa tidak ada keluhan, hanya gejala ringan sehingga tidak diidentifikasi sebagai penyebab penyakit kritis. Sebaiknya, lakukan cek kesehatan untuk deteksi dini beberapa PTM,” kata Fridolin.

Pada masa lalu, penyakit diabetes, hipertensi, kolesterol, gagal ginjal, stroke identik mengancam kesehatan mereka yang lanjut usia. Namun, sekarang, PTM sangat dekat dengan orang muda. Hal ini dialami Christy (31 tahun), karyawan swasta yang pernah didiagnosis hipertensi tinggi saat akan melakukan operasi pada saluran pencernaan. Hal ini ia ketahui setelah melakukan medical check-up sebelum operasi karena pasien harus dalam kondisi sehat. Selama ini, Christy memang merasa sering sakit kepala. Dia mengira rasa sakit tersebut karena kurang tidur sehingga ia obati sendiri dengan obat pereda nyeri (pain killer).

Pengalaman menyesal mengabaikan medical check up dirasakan oleh Riana (45) saat didiagnosis memiliki kolesterol tinggi. Beberapa kali Riana mengeluhkan rasa pegal, mudah lelah, dan sering sakit pada persendian. Dia mencoba mengurangi rasa nyeri tersebut dengan jasa pijat karena mengira kelelahan terjadi akibat setiap hari harus berangkat kerja sangat pagi dan sampai di rumah sudah menjelang malam. Saat rasa sakit tidak tertahan lagi, ia pun memutuskan memeriksakan diri ke rumah sakit. Dokter menyarankan untuk medical check up. Dari pemeriksaan, barulah ia tahu ternyata kolesterolnya tinggi.

|Baca juga: Sequis Luncurkan SCIP bagi Nasabah Sequis SOFI

Dua kasus di atas masih terhitung sederhana karena dalam beberapa kasus lainnya, gejala ringan dapat meningkat menjadi penyakit kritis, seperti gagal ginjal kronis dan kanker. “Gejala ringan bila dibiarkan bisa berisiko meningkatkan gejala yang lebih parah. Misalnya, bagi penderita gagal ginjal kronis, jika rasa tidak nyaman diabaikan maka gejala lainnya dapat terjadi, seperti susah berkemih, urin berbusa dan berdarah,” kata Fridolin.

Namun, penyesalan tidak ada gunanya karena harus menjalani cuci darah secara periodik. Dia tambahkan, banyaknya kasus PTM yang sudah terjadi pada orang muda dan publik figur seharusnya menjadi pelajaran betapa gaya hidup jika kebablasan dapat membawa pada penderitaan seumur hidup bahkan berisiko meninggal dunia.

PTM masih bisa dicegah dengan menghindari faktor pencetus risikonya. Sayangnya, tidak semua orang berniat mengubah gaya hidup, bisa jadi tidak sempat, lingkungan pergaulan tidak mendukung, atau sudah menjadi kebiasaan hidup tidak teratur yang sudah dilakukan menahun sejak kecil. Demikian juga mengenai medical check up, banyak yang abai karena merasa masih muda, jarang sakit, dan tidak memiliki waktu dan dana khusus untuk pemeriksaan kesehatan.

Nasehat memperbaiki gaya hidup, memperhatikan pola makan, rutin berolahraga, istirahat yang teratur, dan menghindari stres, sebenarnya sudah sering disuarakan oleh dokter dan pemerhati kesehatan. Artinya, sebagian masyarakat sudah mendapatkan cukup literasi dan mengerti bahaya dari gaya hidup yang buruk tersebut. Akan tetapi, niat mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat jauh lebih sedikit.

Padahal, jika penderita PTM terus bertambah, berpotensi menurunkan produktivitas pekerja. Jika pasien terancam putus sekolah atau tidak dapat lagi bekerja, kualitas hidup pun semakin turun. Meningkatnya jumlah orang sakit dapat meningkatkan kemiskinan karena dialihkannya tujuan produktif ke pengobatan penyakit.

Pasalnya, PTM tidak terjadi secara mendadak tapi disebabkan oleh kebiasaan menahun. Gejalanya sering tidak dirasa, sering juga gejala tidak spesifik, menyerang perlahan tapi diketahui terlambat lalu berkembang semakin parah menjadi penyakit yang lebih serius.  Proses pengobatan PTM biasanya berkelanjutan dan membutuhkan biaya tinggi. Pada akhirnya, persoalan ini dapat memiskinkan pasien dan keluarganya.

Fridolin menyarankan agar semua pihak mengambil peran memutuskan rantai PTM. Perlu regulasi yang mendukung untuk menekan kasus PTM, misalnya soal kandungan dan dosis pada makanan dan memberikan solusi atas keluhan masyarakat menyangkut ketersediaan fasilitas kesehatan dan beban pembiayaan penyakit kritis. Para pelaku kesehatan pun perlu aktif menyebarluaskan pemahaman dan kesadaran pentingnya hidup sehat dengan memanfaatkan banyak kanal komunikasi.

Selain itu, setiap pribadi dan keluarga Indonesia sebaiknya memberikan perhatian serius soal mempersiapkan jaring pengaman finansial keluarga untuk berjaga-jaga dari kemungkinan risiko PTM. Perlunya mengamankan finansial sejak usia muda dibenarkan oleh Antonius Tan. Katanya, kebanyakan anak muda tertarik pada investasi dan berani mencoba berbagai platform investasi meskipun mengandung risiko tapi tetap melanjutkannya karena adanya potensi keuntungan.

Namun, kesadaran berinvestasi idealnya diikuti dengan kesadaran berasuransi karena asuransi berperan menjaga uang kita agar tidak hilang jika terjadi risiko sakit, kecelakaan, atau meninggal dunia. Sayangnya, masih banyak yang enggan berasuransi, biasanya terkendala komitmen membayar premi.

Solusi dari Anton agar masyarakat bisa mendapat premi yang murah dan lebih berpeluang diterima pengajuan asuransinya adalah berasuransi saat usia masih produktif dan masih sehat. Asuransi online dapat menjadi pilihan karena premi relatif murah dan cara pembelian pun mudah. Salah satunya Super You by Sequis Online yang menyediakan asuransi jiwa dan asuransi kesehatan dengan premi terjangkau agar masyarakat dapat berasuransi.

Mengakhiri penjelasannya, Anton mengajak generasi muda Indonesia dapat memaknai Hari Sumpah Pemuda dengan berinisiatif mencegah PTM. “Kita dapat berpartisipasi menurunkan prevalensi PTM dengan mengurangi sikap konsumtif termasuk tidak FOMO pada makanan kekinian agar terhindar dari risiko PTM Dengan demikian kita bisa berkesempatan menabung. Jika memiliki tabungan otomatis memiliki dana untuk membayar premi asuransi. Pada akhirnya, uang yang kita siapkan tetap terjaga dan tidak tergerus untuk biaya rumah sakit,” tuturnya.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Tips Mencegah GERD dengan Konsep Mindful Eating
Next Post Memutus Rantai Generasi Sandwich

Member Login

or