1
1

Fitch Afirmasi Peringkat Tower Bersama Infrastructure BBB-/AA+ Outlook Stabil

Media Asuransi, Singapura/Jakarta – Fitch Ratings telah mengafirmasi perusahaan menara telekomunikasi Indonesia PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBI) Jangka Panjang Penerbit Valuta Asing Default Rating (IDR) di ‘BBB-‘.

Fitch Ratings Indonesia secara bersamaan mengafirmasi Peringkat Nasional Jangka Panjang dan peringkat nasional senior tanpa jaminan di ‘AA+(idn)’. Outlook-nya Stabil.

Dikutip dari keterangan resminya, Fitch menjelaskan Prospek Stabil mencerminkan visibilitas arus kas TBI yang tinggi, peningkatan ruang peringkat dan ketahanan terhadap integrasi jaringan PT Indosat Tbk (BBB-/AA(idn)/Stabil) dan PT Hutchison 3 Indonesia (Hutch) setelah merger kedua perusahaan baru-baru ini.

Peringkat Nasional AA menunjukkan ekspektasi tingkat risiko gagal bayar yang sangat rendah dibandingkan dengan emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama. Risiko default yang melekat hanya sedikit berbeda dari emiten atau obligasi dengan peringkat tertinggi di negara tersebut.

|Baca juga: Rencana Obligasi Tower Bersama (TOWR) Rp1 Triliun Diganjar Rating AA+

Fitch berharap TBI mempertahankan leverage bersih EBITDA di bawah 5,0x pada 2022-2023. Manajemen berkomitmen pada peringkat layak investasi dan akan mempertahankan utang bersih/EBITDA triwulanan terakhir tahunan di bawah 5,0x dalam jangka pendek hingga menengah. Leverage bersih EBITDA TBI meningkat menjadi 4,3x pada 2Q22 (2021: 5,1x) setelah pembayaran fasilitas sindikasi dolar AS, yang didanai oleh penjualan saham treasury senilai USD225 juta kepada pemegang saham langsung, Bersama Digital Infrastructure Asia Pte Ltd.

Fitch yakin TBI memiliki risiko perpanjangan kontrak yang terbatas, mengingat sekitar 18% kontrak pada 1Q22 akan diperpanjang pada tahun 2023-2024. Kami percaya permintaan penyewa dari pemimpin pasar telekomunikasi, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom, BBB/Stabil) dan PT XL Axiata Tbk (BBB/AAA(idn)/Stabil), akan mengimbangi tidak diperpanjangnya penyewa oleh Indosat hingga tahun 2024 Kontribusi pendapatan dari tiga perusahaan telekomunikasi teratas tetap tinggi di 86% di 1H22, termasuk Indosat-Hutch yang baru saja bergabung.

Industri menara di Indonesia telah terkonsolidasi menjadi oligopoli, dengan tiga perusahaan menara besar. Kami memperkirakan TBI dan pemimpin pasar menara independen, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo, BBB/AAA(idn)/Stabil), kini menguasai separuh menara di Indonesia. Sementara PT Dayamitra Telekomunikasi, anak usaha Telkom, menguasai hampir 33% menyusul akuisisi 6.000 menara pada Agustus dari PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).

Fitch tidak berpikir bahwa TBI akan membuat M&A besar lainnya yang didanai utang, serupa dengan 3.000 menara yang diakuisisi dari PT Inti Bangun Sejahtera Tbk pada tahun 2021. Industri lainnya terfragmentasi dan ada peluang terbatas untuk memperoleh portofolio menara lain yang cukup besar. Edgepoint dari DigitalBridge Group Inc adalah operator menara terbesar keempat, dengan 9.000 menara, dan industri ini memiliki beberapa perusahaan menara yang lebih kecil dengan 1.000 hingga 3.000 menara, seperti PT Bali Towerindo Sentra Tbk (A-(idn)/Stable).

|Baca juga: Tower Bersama (TBIG) Cetak Pendapatan Rp1,64 Triliun pada Kuartal I/2022

Peringkat TBI mendapat manfaat dari perjanjian sewa jangka panjang yang memberikan visibilitas dan stabilitas arus kas. Total pendapatan yang dikunci adalah sekitar Rp29 triliun pada akhir Juni 2022, dan rata-rata sisa masa kontrak adalah 5,0 tahun. Fitch menilai risiko non-perpanjangan rendah, kecuali untuk menara yang terpengaruh oleh integrasi jaringan Indosat, karena menara adalah infrastruktur yang sangat penting bagi perusahaan telekomunikasi, yang menghindari relokasi peralatan untuk meminimalkan gangguan layanan.

Fitch memperkirakan pertumbuhan pendapatan akan melambat hingga pertengahan satu digit pada 2022-2024 (2020: 13%, 2021: 16%), karena Indosat-Hutch mengkonsolidasikan portofolio menara mereka dengan menghilangkan menara yang berlebihan setelah merger mereka. Namun, permintaan menara dan tenancy dari XL dan Telkom akan tetap tinggi, karena kami memperkirakan perusahaan-perusahaan ini akan menginvestasikan sekitar 25%-30% dari pendapatan sebagai belanja modal.

Fitch juga memperkirakan marjin EBITDA yang disesuaikan Fitch tahun 2022 sebesar 85% (2021: 87%, 1H22: 85%). Namun, Fitch memperkirakan marjin akan turun menjadi 83% pada 2023-2024 karena dampak integrasi jaringan Indosat dan berakhirnya kontrak yang membawa tarif sewa yang lebih tinggi. Kami menghitung EBITDA setelah disesuaikan dengan beban bunga dan depresiasi terkait sewa berdasarkan standar akuntansi Indonesia PSAK 73,” jelasnya.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post OJK Luncurkan Aplikasi iDebKu, Mudah, Cepat & Gratis!
Next Post Achmad Sudiyar Dalimunthe: Asuransi Kredit Sebaiknya Dijadikan Project Bersama

Member Login

or