Media Asuransi, JAKARTA – Ancaman resesi global yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2023 mendatang, diyakini tidak akan terjadi di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Tahun depan, Indonesia diperkirakan tidak akan mengalami resesi, namun pertumbuhan ekonominya memang tak setinggi tahun ini.
“Indonesia tidak akan mengalami resesi, namun pertumbuhannya akan melambat. Kalau tahun depan dapat tumbuh 4,7 persen saja, itu sudah bagus,” kata ekonom Aviliani, dalam seminar “2023 Market Outlook: Digital Trend in Financial Institution” yang diselenggarakan oleh Bank Muamalat di Jakarta, 10 November 2022.
|Baca juga: Sri Mulyani: Ekonomi Nasional Melaju di Tengah Stagflasi Global
Menurut Aviliani, perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan terutama disebabkan oleh melemahnya nilai ekspor kita. “Pertama karena demand atas ekspor kita turun seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju yang menjadi tujuan utama ekspor kita selama ini. Kedua harga komoditas kita turun seiring tren turunnya harga komoditas global, sehingga nilai ekspor kita yang berasal dari komoditas juga akan turun,” jelasnya.
Dalam kondisi ini, menurut Aviliani, kita harus mendorong tingkat konsumsi domestik. Dia mengingatkan bahwa perekonomian Indonesia saat ini ditopang oleh konsumsi, dengan porsi sekitar 55 persen. Ini yang menjadi modal bagi perekonomian Indonesia untuk menghadapi ancaman resesi global di tahun depan.
Aviliani menambahkan bahwa sekitar 65-70 persen konsumsi domestik berasal dari orang yang memiliki daya beli, yakni 45 persen dari kalangan atas dan sekitar 25 persen dari kelompok menengah atas. “Tinggal bagaimana kita mendorong peningkatan daya beli di dalam negeri,” tegasnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
