Peningkatan ekspor tersebut didorong oleh komoditas unggulan seperti produk sawit, bahan bakar mineral, dan besi baja. Secara bulanan (month to month/mtm), ekspor tumbuh sebesar 0,13% sehingga secara kumulatif Januari-Oktober 2022 menjadi US$244,14 miliar atau naik 30,97% dibanding periode yang sama tahun 2021.
“Kinerja ekspor yang tetap meningkat ini juga didukung oleh permintaan dari negara mitra dagang dengan kinerja ekonomi yang masih kuat, terutama India yang masih mencatatkan PMI Manufaktur ekspansif,” jelas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI, Febrio Kacaribu dalam keterangan tertulis.
Ekspor non-migas secara kumulatif Januari-Oktober 2022 masih mencatatkan pertumbuhan yang sangat tinggi sebesar 30,61% year to date (ytd). Sementara itu pada periode yang sama, pertumbuhan ekspor migas mencapai 37,4% yoy.
|Baca juga: Neraca Perdagangan Oktober Surplus US$5,67 miliar
Dari sisi sektoral, sektor pertambangan mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 82,68% yoy, disusul sektor manufaktur yang tumbuh mencapai 20,4% yoy, sementara sektor pertanian tumbuh 14,17% yoy.
“Pertumbuhan ekspor yang terjadi di semua sektor menjadi indikasi berlanjutnya pemulihan ekonomi secara merata (broad-based), terutama sektor manufaktur yang berkontribusi paling besar pada ekspor nasional,” tambah Febrio.
Di sisi lain, kinerja impor Indonesia di bulan Oktober 2022 juga masih tumbuh positif sebesar 17,44% yoy atau mencapai US$19,14 miliar, sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi nasional. Hal ini juga tercermin pada angka PMI Manufaktur Indonesia di bulan Oktober 2022 yang masih berada pada zona ekspansif (51.8).
Peningkatan impor didorong oleh impor migas dan non-migas yang masing-masing tumbuh sebesar 77,23% yoy dan 9,56% yoy. Sejak Januari hingga Oktober 2022, total impor Indonesia mencapai US$198,62 miliar. Dari sisi penggunaan, impor bahan baku dan barang modal tumbuh tinggi masing-masing 16,24% yoy dan 28,47% yoy. “Pertumbuhan impor barang produktif seperti barang modal dan bahan baku yang terus positif menjadi sinyal bahwa pemulihan ekonomi nasional masih berlanjut dan aktivitas usaha dalam negeri terus menguat,“ tambah Febrio.
Selain itu, impor barang konsumsi yang sempat terkontraksi di bulan September kembali tumbuh sebesar 10,14% yoy dan 4,19% ytd. “Aktivitas konsumsi masyarakat menunjukkan penguatan memasuki awal kuartal IV/2022,” lanjut Febrio.
|Baca juga: BI: Surplus Neraca Perdagangan Tingkatkan Ketahanan Perekonomian Indonesia
Masih kuatnya kinerja ekspor pada bulan Oktober 2022 mendorong neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus yakni sebesar US$5,67 miliar, lebih tinggi dibandingkan surplus pada bulan September 2022 yang sebesar US$4,97 miliar. Pencapaian ini melanjutkan tren surplus neraca perdagangan yang telah terjadi selama 30 bulan berturut-turut.
Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan sejak Januari hingga Oktober 2022 mencapai US$45,52 miliar, jauh lebih tinggi dari surplus Januari hingga Oktober 2021 (US$30,9 miliar) dan bahkan melebihi total surplus selama tahun 2021 (US$35,42 miliar).
Ke depan, pemerintah terus mengantisipasi dan memitigasi berbagai dinamika perekonomian global yang berpotensi memengaruhi kinerja permintaan ekspor Indonesia, di tengah mulai melambatnya ekspansi sektor manufaktur di beberapa negara mitra dagang utama pada bulan Oktober 2022.
“Kita juga melihat meningkatnya risiko dan ketidakpastian prospek ekonomi global serta tren penurunan harga komoditas yang mengikutinya. Ke depan, pemerintah akan terus mendorong berbagai upaya diversifikasi ekspor, baik dari sisi pasar dan produk, penguatan strategi hilirisasi, serta mendorong optimalisasi pemanfaatan berbagai fasilitas perpajakan dan kepabeanan, seperti Kawasan Berikat dan Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor (KB dan KITE),” tutur Febrio.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News