Melalui Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta menjelaskan bahwa sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup sedikit menguat sebesar +0,73% ke level 6.850. Pergerakan IHSG terlihat volatil. Pergerakan indeks dipicu oleh kinerja sektor saham, seperti saham sektor properti tumbuh +2,67%, sektor infrastruktur tumbuh +1,62%, dan sektor energi tumbuh +1,01%.
Menurut Infovesta, sentimen pendongkrak kinerja indeks sektor tersebut adalah telah diresmikanya pencabutan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh presiden Joko Widodo. Hal itu, menjadi angin segar terhadap sektor properti. Kemudian, penguatan indeks dipengaruhi oleh kinerja indeks di beberapa negara Asia menguat menjelang akhir tahun 2022.
|Baca juga: MARKET REVIEW: IHSG Diserbu Net Sell Asing Jelang Akhir Tahun 2022
Sedangkan sentimen global, China rilis data PMI Manufaktur NBS China kembali turun di area kontraksinya menjadi 47,0 poin pada Desember 2022. Penurunan itu telah terjadi selama tiga bulan berturut-turut. Imbas dari penyebaran Covid-19 yang secara cepat di tengah musim dingin dan pemerintah China telah melonggarkan wilayahnya secara tiba-tiba, menyebabkan laju penurunan aktivitas pabrik dan penjualan ekspor menurun.
Sedangkan dari Pasar Obligasi, Infovesta Government Bond Indeks menguat sebesar 0,21% di level 9.670. Berdasarkan data transaksi Bank Indonesia pada 26-29 Desember 2022, Aliran modal asing mencatatkan aksi jual neto sebesar Rp0,88 triliun di pasar SBN. Sentimen penggerak pasar obligasi, inflasi AS belum mencapai target The Fed sebesar 2%. “Pengetatan kebijakan moneter masih akan berlanjut di tahun depan.”
The Fed mengharapkan kenaikan suku bunga FFR mencapai 5,1% pada tahun 2023. Sedangkan, Bank Indonesia berekspektasi terhadap target inflasi inti sebesar 2%-4% dan masih belum mencapai target. Bank Indonesia masih berpotensi menaikan suku bunga BI-7DRR terutama dalam langkah BI yaitu front-loaded, pre-emptive, dan forward looking.
“Melihat potensi pasar di awal tahun 2023, pada pasar saham, investor diharapkan dapat memperhatikan saham-saham yang mempunyai fundamental bagus namun masih di harga undervalue. Serta investor diharapkan dapat memanfaatkan potensi January effect.”
Sedangkan pada pasar obligasi, investor diharapkan tetap memperhatikan langkah The Fed dan Bank Indonesia dalam pengetatan kebijakan suku bunganya. Investor yang ingin berinvestasi pada pasar obligasi dapat melakukan strategi akumulasi terutama menjelang terealisasinya target The Fed terhadap puncak kenaikan suku bunga FFR.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News