Media Asuransi, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan bahwa daya tahan perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2022 masih terjaga dan relatif baik, sebab di topang dari sisi permintaan dan produksi yang cukup kokoh dari setiap sektor.
“Ini tentu memberikan suatu optimisme kepada kita semuanya. Ada confidence namun kita hati-hati, karena memang imbas dan gelombang gejolak dunia begitu sangat dahsyatnya,” ungkap Menkeu, dikutip dalam lama resmi Kemenkeu, Rabu, 4 Januari 2023.
Selain itu, penguatan pemulihan ekonomi juga membuka terciptanya kesempatan kerja dan menekan tingkat penduduk miskin di Indonesia. Tercatat, hingga Maret 2022 jumlah penduduk miskin di Indonesia menurun dari 26,5 juta jiwa menjadi 26,2 juta jiwa atau turun dari 9,71 persen menjadi 9,54 persen.
|Baca juga: BKF: Kinerja Manufaktur dan Inflasi Indonesia Masih Menguat
“Ini adalah hal yang sangat baik dari sisi kualitas pemulihan ekonomi kita yaitu mampu menciptakan kesempatan kerja baru sehingga mereka yang terkena dampak pandemi kembali bisa bekerja dan membaik lagi,” ujarnya.
Dari sisi inflasi, hingga akhir tahun 2022 Indonesia berada di angka 5,5 persen atau relatif bagus dibandingkan dengan semua negara baik di G20 maupun di ASEAN-5 dan ASEAN-6. “Ini adalah salah satu prestasi yang sangat baik. Bagaimana pemerintah dan Bank Indonesia terus melakukan policy mix antara kombinasi langkah-langkah yang dilakukan oleh Pemerintah untuk terus menjaga tingkat harga termasuk menggunakan APBN dengan memberikan subsidi untuk stabilisasi yang luar biasa besar untuk tahun 2022,” ucapnya.
Dari sisi perbankan, Menkeu juga menyebutkan bahwa perbankan Indonesia terus menunjukkan tren normalisasi, Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. “Ini adalah kenaikan DPK yang cukup tinggi semenjak terjadinya Pandemi Covid-19 yaitu tahun 2020. DPK itu pertumbuhannya di 9,4 persen. Ini menggambarkan bahwa kegiatan ekonomi masyarakat mulai (mengingkat) sehingga mereka mulai menggunakan dana mereka yang ada di perbankan untuk kegiatan, baik kegiatan ekonomi maupun sosial lainnya,” tutur Menkeu.
Di sisi lain, surat berharga negara Indonesia juga relatif dalam kondisi yang cukup stabil, depresiasi nilai tukar rupiah juga relatif moderat. Sementara itu penjualan kendaraan juga mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi mencapai 26,9 persen, serta PMI manufaktur Indonesia yang masih terus meningkat bahkan sedikit lebih baik pada akhir tahun di angka 50,9.
“Harga-harga di sektor manufaktur juga mengalami penurunan, terutama pada bulan November. Ini sangat bagus dari sisi probabilitas bahwa sektor manufaktur kita diharapkan tetap bisa resilien,” tegasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News