1
1

Tidak Ada Kepastian Prospek Suku Bunga Berkembang Pada Awal Tahun

Ilustrasi surat berharga negara. | Foto: Freepick

Media Asuransi, JAKARTA – Harapan suku bunga pasar berkembang (EM) pada awal 2023 masih belum ada kepastian dan akan tergantung pada arah level inflasi AS menuju target Fed, serta potensi resesi akibat dari periode suku bunga riil tinggi yang berkepanjangan.

Ekspektasi dasar untuk tahun depan adalah inflasi akan meredam dan Fed akan berhenti pada tingkat suku bunga terminal 5%, sehingga dapat mendorong obligasi EM untuk pulih dan imbal hasil obligasinya menjadi stabil atau bahkan lebih rendah.

|Baca juga: Menjajal Cuan dari SBN Ritel

Dilansir east spring, apabila The Fed mulai menampakkan kekhawatiran mengenai risiko pertumbuhan dan mulai menyiratkan kemungkinan siklus pelonggaran. Hal ini bisa menjadi katalis positif bagi EM sehingga imbal hasil obligasi akan bergerak lebih curam (steepening). Skenario akan dibuka kembalinya China tahun 2023, diharapkan dapat meredam level inflasi dan menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Di sisi lain, inflasi di Indonesia tampaknya memuncak lebih awal dan serta berada pada level yang lebih rendah dari harapan. Konsolidasi fiskal Indonesia yang lebih cepat, disertai dengan neraca pembayaran yang kuat, dan likuiditas domestik yang suportif akan berdampak positif bagi pasar pendapatan tetap Indonesia.

BI juga akan tetap membeli SBN di pasar sekunder dan melanjutkan Operation Twist pada tahun 2023, yang berarti imbal hasil tenor lebih panjang seperti 10 tahun akan lebih stabil. Perjanjian burden-sharing antara BI dan pemerintah akan berlanjut tahun depan, dan dapat menimbulkan risiko kesenjangan antara supply dan demand obligasi.

Tetapi, saldo kas pemerintah yang banyak, yang diperoleh dari pendapatan terkait komoditas yang kuat serta pengumpulan pajak yang lebih tinggi pada tahun 2022 dapat mengurangi kebutuhan untuk menerbitkan obligasi lebih banyak. Selain itu, investor asing perlu memangkas posisi underweight mereka di obligasi Indonesia seiring dengan tingkat suku bunga yang lebih stabil.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Survei Konsumen BI: IKK Meningkat Jadi 119,9 di Desember 2022
Next Post BEDAH SAHAM: Prospek Pendapatan dan Laba Bersih Astra (ASII) 

Member Login

or