1
1

Indonesia Masih Dalam Siklus Pemulihan Ekonomi

Chief Economist & Investment Strategist MAMI, Katarina Setiawan | Foto: Doc

Media Asuransi, JAKARTA – PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilain bahwa Indonesia memiliki daya saing yang menarik di tengah proyeksi perlambatan ekonomi global tahun ini. Tekanan terhadap Rupiah diprediksi akan mereda dan inflasi diperkirakan akan lebih terkendali.

Pandangan tim investasi MAMI ini disampaikan dalam acara Indonesia Market Outlook 2023: Seeds of Opportunity, secara daring beberapa waktu lalu. Hadir sebagai nara s umber dalam acara tersebut adalah Director & Chief Investment Officer, Fixed Income MAMI, Ezra Nazula, Chief Economist & Investment Strategist MAMI, Katarina Setiawan, dan Senior Portfolio Manager, Equity MAMI, Samuel Kesuma.

Katarina mengatakan bahwa outlook pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan melemah dan ada risiko resesi ekonomi di kawasan negara maju.  Inflasi yang berkepanjangan dan sektor tenaga kerja yang masih kuat mendorong The Fed untuk mengindikasikan bahwa pengetatan moneter belum akan dikendurkan dalam waktu dekat.

|Baca juga: MAMI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2023 Sangat Rendah

“Pertumbuhan ekonomi global dapat terdampak. Arah kebijakan The Fed masih tetap menjadi perhatian pasar dan dapat menyebabkan volatilitas dalam jangka pendek,” katanya dalam keterangan yang dikutip Senin, 23 Januari 2023.

Lebih lanjut Katarina menjelaskan bahwa kondisi di pasar Asia berbeda dengan pasar global.  Di kawasan Asia justru terjadi perbaikan sentimen. Risiko resesi negara-negara di kawasan Asia juga lebih rendah.

Hal ini disebabkan oleh relatif rendahnya kenaikan suku bunga di kawasan pada tahun lalu dan inflasi pun relatif lebih terkendali. Selain itu, relaksasi kebijakan Zero Covid di China membawa dampak positif yang berantai bagi ekonomi Asia. Nilai tukar mata uang negara-negara di Asia pun mulai tertopang dengan meredanya penguatan USD.

Perbaikan sentimen di kawasan Asia justru mendorong terjadinya perpindahan investor dari kawasan yang sudah berkinerja unggul menuju kawasan yang dianggap telah jenuh jual (oversold).  Efeknya dirasakan di pasar saham Indonesia.  Arus dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia di sepanjang tahun 2022 tercatat sebesar USD4,4 miliar.

“Namun di akhir tahun lalu, dana asing terlihat bergerak keluar dari pasar saham Indonesia sebesar US$0,4 miliar di kuartal IV/2022,” ujar Katarina. Dia tambahkan, secara umum pembukaan kembali perekonomian China dapat berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia karena China merupakan mitra dagang utama dari Indonesia.

Sementara itu mengenai pasar domestik, Katarina menjelaskan bahwa proyeksi perlambatan ekonomi global dan berkurangnya besaran kenaikan Fed Rate akan mengurangi tekanan terhadap Rupiah pada tahun ini. Meningkatnya likuiditas valas pada perbankan dalam negeri, seiring dengan naiknya tingkat suku bunga deposito valas, terutama untuk eksportir, turut menopang kenaikan cadangan devisa di bulan November 2022 dan pada akhirnya ikut menopang stabilitas Rupiah.

|Baca juga: Waspadai Kenaikan Suku Bunga Amerika Serikat dan Volatilitas Global

Selain itu, pada tahun ini inflasi diperkirakan akan lebih terkendali seiring dengan normalisasi harga komoditas dan semakin meredanya lonjakan kenaikan harga akibat kenaikan harga BBM di 2022. “Dengan fundamental makro ekonomi Indonesia yang kuat dan imbal hasil obligasi Indonesia yang menarik, tentunya kedua hal ini akan ikut mendorong kuatnya arus masuk dana asing ke pasar obligasi Indonesia,” jelasnya.

Lebih lanjut Katarina mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih relatif stabil dan cukup jauh dari kemungkinan resesi yang mengancam kawasan negara maju. Ekonomi Indonesia masih ditopang oleh konsumsi domestik yang terjaga. Konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 50 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kenaikan UMR yang tinggi untuk tahun 2023 juga menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung daya beli konsumen di tahun depan.|

Selain itu, inflasi di Indonesia juga terjaga dengan relatif baik. Di sepanjang tahun 2022, inflasi umum tercatat sebesar 5,51 persen year on year (yoy) sedangkan inflasi inti stabil di kisaran 3,36 persen yoy. Penyebab utama tren penurunan inflasi di Indonesia yaitu stabilitas harga pangan dan berkurangnya second round effect dari kenaikan harga BBM.

Dalam jangka panjang, stabilitas eksternal Indonesia didukung oleh meningkatnya ekspor logam dasar dan maraknya penanaman modal pada sektor logam dasar serta pertambangan, yang sudah mulai terlihat sejak 2022.  Hal tersebut akan menopang neraca transaksi berjalan serta nilai tukar Rupiah di masa mendatang.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah
Next Post Bank Indonesia Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Global Semakin Melambat

Member Login

or