Financial Expert Ajaib Sekuritas, Chisty Maryani, menuturkan sepanjang tahun 2022, sektor IDX BUMN 20 mencatat return 10,4%, lebih tinggi dari return IHSG yang sebesar 4,1% dan indeks LQ45 yang tercatat return sebesar 0,6%.
Tingginya return IDX BUMN 20 didorong oleh penguatan harga saham emiten BUMN berkapitalisasi besar, seperti BMRI yang menguat +41,28%, BBNI +36,67%, PTBA menguat +36,16%, dan BBNI +36,67% sepanjang tahun 2022.
Menurutnya, beberapa perbankan BUMN bigcaps mencatat pertumbuhan net profit sebesar 46,89% mencapai Rp41,2 triliun dan BBNI yang mencatat rekor pertumbuhan net profit sebesar 68% mencapai Rp18,31 triliun, kedua perbankan big caps tersebut bahkan mencetak rekor pencapaian level tertinggi sepanjang sejarah.
Sementara itu, Chisty menjelaskan untuk entitas anak BUMN di pasar saham kami menilai kinerjanya pun masih cukup tumbuh solid. Sebagai contoh, emiten SMCB yang merupakan anak usaha SMGR masih mencatat pertumbuhan net profit pada kuartal III 2022 dengan kenaikan 29,4% YoY sebesar Rp594 miliar.
|Baca juga: Prospek Saham Emiten Besi dan Baja Dinilai Cerah
Selain itu, MTEL yang merupakan anak usaha TLKM juga masih mencatat peningkatan kinerja dalam laporan kuartal III 2022 dengan mencatat net profit tumbuh 34,6% YoY mencapai Rp1,2 triliun.
Lebih lanjut, Chisty menerangkan bahwa katalis positif untuk emiten BUMN dan anak usahanya tergantung dari pergerakan setiap sektor. Sebagai contoh, emiten BUMN di sektor perbankan mendapatkan katalis positif dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berpotensi tumbuh di kisaran 4%-5% pada 2023, yang mendorong konsumsi masyarakat dan meningkatkan penyaluran kredit nasional. Pada 2022, penyaluran kredit tumbuh solid di atas 11%.
Sementara untuk emiten BUMN sektor energi, katalis positif tergantung dari pergerakan harga komoditas. Harga komoditas minyak dan gas bumi berpotensi naik secara global dan akan mendorong profitabilitas dan kinerja emiten yang pada akhirnya mendorong kenaikan harga sahamnya juga.
Komoditas lainnya yang berpotensi diuntungkan pada 2023 ini adalah nikel, terkait fokus pemerintah mengenai kendaraan listrik, dan CPO yang berpotensi ada pertumbuhan demand seiring dengan implementasi biodiesel 35 di awal Februari.
Sementara untuk sektor lainnya seperti konstruksi, masih akan cukup terhambat di tengah kenaikan suku bunga acuan pada tahun 2023 ini. Emiten konstruksi mendapat angin segar terkait pembangunan IKN, namun katalis positif tersebut bersifat sementara dan belum terefleksikan di dalam kinerja perusahaan.
Anak Usaha BUMN
Terkait pertumbuhan anak usaha BUMN seperti PPRO, ADCP, dan WEGE mencatat penurunan kinerja terkait sektornya. PPRO, ADCP, dan WEGE masih akan terhambat di tengah suku bunga acuan yang masih cukup tinggi, karena umumnya emiten konstruksi memiliki Debt to Equity Ratio yang cukup tinggi sehingga berpotensi dihindari oleh pelaku pasar.
Sementara untuk MTEL, Chisty menilai masih memiliki prospek yang baik karena sektor telekomunikasi masih berpotensi tumbuh pada tahun 2023 ini. MTEL akan memanfaatkan dana hasil penawaran umum perdana (IPO) saham sebesar Rp14,1 triliun untuk melakukan ekspansi bisnis.
Terkait valuasi, MTEL termasuk dalam premium karena memiliki PE ratio sebesar 45,9x, dibandingkan TBIG yang memiliki PE ratio 39,3x, dan TOWR 22,4x. Namun pada rasio EV/EBITDA, MTEL masih terbilang menarik dan undervalue karena memiliki EV/EBITDA 16,51x, sementara TBIG memiliki EV/EBITDA lebih tinggi 18,11x.
|Baca juga: BUMN Memiliki Rapor Bagus Pada 2022
Dari sisi market cap, MTEL memiliki market cap yang lebih besar yaitu sebesar Rp56,4 triliun, dibandingkan TBIG yang memiiki market cap Rp48 triliun, namun lebih rendah dari TOWR yang meiliki market cap Rp57,4 triliun.
Saham BUMN yang menarik dicermati pada 2023 adalah dari sektor perbankan yang masih prospektif. Beberapa bank BUMN seperti BBRI potensial upside di harga Rp4.940 dan BBNI di target harga Rp9.950.
Selain perbankan, sektor mineral logal juga dapat dipertimbangkan mengingat perlambatan ekonomi dapat meningkatkan permintaan harga komoditas emas, seperti ANTM dengan target kenaikan jangka pendek ke level 2.400.
Selain peningkatan harga emas, ANTM juga diuntungkan dengan potensi harga komoditas nikel yang dapat tumbuh seiring dengan fokus pemerintah yang mulai melakukan transaksi energi dari energi fosil menuju energi baru terbarukan.
Selain itu, sektor telekomunikasi juga dapat diandalkan karena secara historis terjadi peningkatan pengguna dan trafik data untuk penggunaan media internet dalam penyaluran aspirasi menjelang pemilu 2024.
Untuk itu, kami merekomendasikan saham TLKM dengan peluang target kenaikan di level 4.000 dan saham anak usaha BUMN yang kami rekomendasikan adalah MTEL dengan potensi target kenaikan di level 720.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News