1
1

Tren Serangan Siber Kian Meningkat, Capai 102 Ribu Kasus per 2022

Faisal Yahya (Kiri) dan Danny Cohen (Kanan) saat menjadi pembicara di seminar Artificial Intelligence and Technological Innovation Advancing Insurance di Jakarta, Kamis, 23 Februari 2023. | Foto: Doc

Media Asuransi, JAKARTA – Perkembangan tren keamanan siber pada tahun 2022 memiliki tingkat tertinggi dalam hal serangan cyber attack atau serangan dalam dunia maya untuk data breach mulai dari institusi perusahaan hingga perorangan.

Hal ini disampaikan Country Manager Vantage Point Security, Faisal Yahya, saat menjadi pembicara dalam acara seminar Artificial Intelligence and Technological Innovation Advancing Insurance yang diadakan oleh Asosiasi Ahli Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (APPARI) bersama Prooftec dan PT Esensi Bisnis Solusi (EBS) di Jakarta, Kamis, 23 Februari 2023.

Ujar Faisal melalui laporan Yaer 2022 Data Breach Highlights tercatat, biaya penanganan pelanggaran data secara global tumbuh US$0,11 juta menjadi US$4,35 juta pada tahun 2022. Hal ini menjadi rekor tertinggi tercatat sejak tahun 2016 dengan total 2.200-102.000 kasus yang terekam.

Dampak pandemi yang menyebabkan pegawai-pegawai harus melakukan pekerjaan dari rumah atau pun dari mana saja , hal inilah yang menyebabkan tingkat serangan siber semakin meningkat.

“Pada saat trending covid mulai muncul, pada tahun 2020 trending serangan meningkat, hal ini karena ada kondisi prematur di mana perusahaan terpaksa memindahkan asetnya dari on prime ke cloud, dan mereka (perusahaan) belum siap secara mental dan sistem,” jelasnya.

|Baca juga: Risiko Siber dan Gangguan Bisnis Jadi Ancaman Terbesar Bisnis 2023

Faisal mengatakan, berbeda dengan satu atau dua dekade yang lalu, di mana serangan siber hanya mengarah pada downing system atau pelemahan sistem suatu perusahaan, namun saat ini serangan siber lebih ganas, di mana seorang hacker mengincar pada digital aset suatu perusahaan untuk dicuri.

Di sisi lain, attack vector dinilai menjadi ranah penyebab dari sisi keamanan siber, ada faktor internal track yang datang dari lingkungan perusahaan seperti karyawan dan eksternal track yang berasal dari luar lingkungan perusahaan.

Yang menjadi faktor lain dari serangan siber adalah pengetahuan manusia mengenai keamanan siber yang tidak berkembang mengikuti kemajuan tantangan serangan siber yang semakin marak dan kian canggih.

Lebih lanjut Faisal mengatakan jika faktor terlambatnya kesadaran akan terjadinya risiko siber menjadi penyebab jumlah kasus bocornya data perusahaan kian meningkat, “secara statistik, pada satu Januari, mereka (perusahaan) terkena serangan data breach, namun mereka baru sadarnya Oktober, itu rata-rata.” Ujarnya. “Jadi kalau bicara dari sisi insurance, bisa diterjemahkan bahwa awarness dari internal terhadap serangan tersebut perlu ditingkatkan lagi,” tambahnya.

Pembicara seminar berikutnya, CEO Prooftec Australia, Danny Cohen, menjelaskan bagaimana teknologi berkembang pesat dan ada peluang luar biasa bagi sektor asuransi untuk memanfaatkan teknologi ini guna mendorong hasil positif di banyak bagian bisnis perusahaan.

“Yang menarik dari ini teknologi tidak hanya akan meningkat tetapi kecepatan pengembangan dan penerapannya akan mengubah permainan” kata Danny.

Danny mengatakan, banyak hal yang dapat ProofTec berikan untuk perusahaan asuransi, pertama, meningkatkan visibilitas atas kondisi kendaraan yang akan diasuransikan. Kedua, meminimalkan dan mengurangi potensi penipuan.

Ketiga, pengurangan ukuran klaim rata-rata. Keempat, pengurangan rata-rata waktu siklus proses klaim. Kelima, pengurangan biaya klaim yang signifikan. Keenam peningkatan otomatisasi persetujuan klaim. Ketujuh, peningkatan efisiensi penilai. 

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Menkeu Resmi Copot Jabatan Rafael, Buntut Kasus Penganiayaan Anaknya
Next Post PGAI Rayakan HUT ke-44

Member Login

or