Media Asuransi, JAKARTA – Kabar kurang mengenakan datang dari sebuah brand perabot rumah tangga ternama yang menjadi favorit ibu-ibu di Indonesia, yakni Tupperware. Pasalnya produk tersebut dikabarkan saat ini dalam kondisi genting.
Perusahaan tersebut akan melakukan aksi pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sejumlah karyawannya. Hal ini lantaran kondisi keuangan perusahaan sedang buruk. Pihak perusahaan dan penasihat keuangannya mengatakan perlu dana tambahan agar bisa bertahan.
Dilansir dari Straits Times, kini saham Tupperware anjlok hampir 50 persen di pasar modal AS, pada hari Senin, 10 April 2023, ke level terendah sepanjang masa.
CEO Tupperware, Miguel Fernandez, mengatakan pihaknya tengah mencoba perefleksian keuangan perusahaan dengan menjajaki potensi PHK dan meninjau portofolio real estatnya untuk upaya penghematan uang yang lebih potensial.
“Kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami,” ujar Miguel Fernandez.
|Baca juga: Brand Lokal Cottonology Mulai Rambah Segmen Pasar Wanita
Berdiri sejak tahun 1946, Tupperware tersebar di hampir 70 negara terutama berkat strategi pemasaran melalui penjual independen. Namun merek berusia 77 tahun itu berjuang keras untuk menarik pembeli yang lebih muda dalam menghadapi persaingan baru, sementara permintaan akan produk rumahan turun.
Tupperware mengalami peningkatan pesat selama dua tahun pertama pandemi Covid-19, dengan harga sahamnya melonjak menjadi US$37 seiring lockdown mendorong penjualan peralatan dapur.
Namun, Tupperware jatuh ke masa-masa sulit sejak saat itu, dengan perusahaan menyalahkan kendala kas yang disebabkan oleh biaya bunga yang lebih tinggi. Pada hari Senin, saham ditutup pada US$1,22 setelah turun 49,6 persen.
Analis Ritel dan Direktur Pelaksana di Global Data Retail, Neil Saunders pun menyebut bahwa Tupperware benar-benar sedang berada dalam posisi genting secara finansial, dikarenakan kesulitan untuk meningkatkan penjualan, penurunan konsumen terhadap produk rumah tangga dan belum bisa kembali untuk membidik minat generasi muda.
“Perusahaan ini dulunya adalah sarang inovasi untuk keperluan alat-alat dapur, namun kini benar-benar kehilangan keunggulannya,” kata Neil Saunders.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News