Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings telah mengafirmasi Peringkat Jangka Panjang Mata Uang Asing dan Mata Uang Lokal Issuer Default Ratings (IDR) PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) di ‘BBB-‘. Outlook adalah Stabil.
Fitch juga mengafirmasi peringkat senior tanpa jaminan dan peringkat obligasi PGN senilai US$950 juta 5,125% yang jatuh tempo pada 2024 di ‘BBB-‘. Pada saat yang sama, Fitch Ratings Indonesia telah mengafirmasi Peringkat Nasional Jangka Panjang PGN di ‘AA+(idn)’ dengan Outlook Stabil.
IDR PGN berada satu notch di bawah IDR dari perusahaan induknya, PT Pertamina (Persero) (BBB/Stabil), berdasarkan penilaian kami terhadap insentif medium Pertamina untuk mendukung PGN, berdasarkan Parent and Subsidiary Linkage Rating Criteria dari Fitch. Peringkat Nasional PGN juga dinilai berdasarkan kriteria yang sama. Standalone Credit Profile (SCP) PGN dinilai pada ‘bb+’.
Peringkat Nasional ‘AA’ menunjukkan ekspektasi tingkat risiko gagal bayar yang sangat rendah dibandingkan dengan emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama. Risiko gagal bayar yang melekat hanya sedikit berbeda dari emiten atau obligasi dengan peringkat tertinggi di negara tersebut.
|Baca juga: Mirae Turunkan Proyeksi Pendapatan dan Laba 2022 PGN (PGAS)
“Kami menggunakan pendekatan top-down untuk menilai PGN, berdasarkan penilaian kami atas insentif legal, strategis dan operasional yang ‘Medium’ dari perusahaan induknya, Pertamina, untuk mendukung PGN. PGN adalah perusahaan sub-holding untuk bisnis gas Pertamina, yang menguasai lebih dari 90% distribusi gas dan 100% transmisi gas di Indonesia,” katanya.
Menurut Fitch, Pertamina menunjuk mayoritas dari dewan direksi dan manajemen senior PGN. Obligasi senior tanpa jaminan Pertamina memiliki klausa cross-default dengan anak-anak perusahaan utamanya. Klausa ini berlaku untuk sebagian besar dari pinjaman PGN.
SCP PGN pada ‘bb+’ mencerminkan dominasi perusahaan di sektor transmisi dan distribusi gas Indonesia. PGN memiliki 92% jaringan pipa gas bumi (transmisi dan distribusi) di dalam negeri yang mencakup 90% distribusi gas dan 100% volume transmisi gas.
“Kami memperkirakan margin distribusi gas akan terus tertekan menjadi US$1,62 per metric million British thermal unit (mmbtu) (2021: US$1,84/mmbtu, 2022E: US$1,67/mmbtu) selama tiga tahun ke depan karena permintaan yang naik, yang akan meningkatkan proporsi volume gas yang dijual di harga yang dibatasi,” katanya.
Peraturan yang berlaku sejak April 2020 mengharuskan PGN untuk membatasi harga jual ke industri tertentu pada US$6,0/mmbtu, sementara pemerintah Indonesia menjamin bahwa PGN mendapatkan gas yang dialokasikan yang terkait dengan industri-industri tersebut pada kisaran harga US$4,0/mmbtu dan US$4,5/mmbtu. Spread efektif telah menurun dari sekitar US$1,87/mmtbu pada tahun 2020 dan US$2,2/mmbtu pada tahun 2019.
|Baca juga: BEDAH SAHAM: Menangkap Potensi Peningkatan Kinerja PGN (PGAS)
Fitch menilai bahwa PGN menghadapi risiko yang lebih jauh atas margin-nya karena pemerintah dapat meningkatkan volume gas yang dijual dengan harga yang dibatasi pada US$6,0/mmbtu. Margin distribusi PGN terus menyempit sejak tahun 2013, dengan rata-rata di atas US$3,0/mmbtu. Meskipun belum terdapat kejelasan mengenai perpanjangan kebijakan harga gas yang dibatasi setelah tahun 2024, Fitch mengasumsikan kelanjutan kebijakan tersebut, hal ini mendorong tekanan pada estimasi spread.
PGN berencana untuk meningkatkan investasi di seluruh bisnis distribusi dan transmisi yang telah ada, dan meningkatkan integrasi hilirnya. Hal ini akan meningkatkan leverage PGN dalam jangka menengah. Rencana investasi midstream dan downstream PGN masih dalam tahap awal, oleh karena itu masih dapat ditunda atau diubah. Kami memperkirakan belanja modal konsolidasi PGN sekitar US$450 juta pada tahun 2023 (2021: US$222 juta, 2022E: US$240 juta) dan berkisar antara US$800 juta sampai US$1,3 miliar mulai tahun 2024.
Fitch memperkirakan leverage bersih 2023 (utang bersih/EBITDA) (2021: 1,0x, 2022: 0,1x) akan tetap rendah, didukung oleh pendapatan yang lebih tinggi dari bisnis hulu – yang mendapatkan manfaat dari harga minyak yang tinggi dan volume distribusi tambahan, meskipun spread distribusi gas semakin sempit.
Fitch memperkirakan EBITDA sekitar US$900 juta pada tahun 2023 (2021: US$788 juta, 2022E: US$1 miliar). Kami memperkirakan leverage bersih tetap rendah dibawah 0,5x pada tahun 2025 meskipun PGN memiliki rencana belanja modal yang besar, sehingga PGN memiliki headroom SCP yang cukup.
Profil operasional dari anak usaha PGN yang dimiliki secara keseluruhan, PT Saka Energi Indonesia (B+/Stabil), telah meningkat, dengan peningkatan umur cadangan terbukti menjadi lebih dari enam tahun pada akhir 2022 (2021 1P: 4,8 tahun). EBITDA Saka akan meningkat menjadi sekitar US$330 juta pada tahun 2023 dengan harga minyak yang tinggi, dan stabil di sekitar US$250 juta-US$300 juta per tahun hingga tahun 2025, dengan mengasumsikan tingkat produksi yang lebih besar karena cadangan yang meningkat dan asumsi harga minyak jangka panjang yang lebih rendah. Fitch memperkirakan Saka akan membutuhkan dukungan PGN untuk melunasi obligasi senilai US$376 juta yang akan jatuh tempo pada tahun 2024.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News