Media Asuransi, JAKARTA – Indeks Manufaktur Indonesia alias Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari S&P Global pada April tercatat menguat ke level 52,7.
Data bulan April menyoroti perbaikan solid pada kondisi bisnis di seluruh sektor manufaktur Indonesia. Pertumbuhan output mendapat momentum lebih lanjut, didorong oleh kenaikan tercepat pada permintaan sejak bulan September 2022. Produsen barang juga mengarah pada kenaikan pembelian input dan akumulasi stok mengantisipasi kenaikan permintaan pelanggan pada bulan-bulan mendatang.
Sementara itu, kenaikan harga bahan baku terus mendorong biaya bisnis, namun keseluruhan tingkat inflasi berkurang hingga laju paling lambat selama hampir dua setengah tahun. Di titik 52,7 pada bulan April, naik dari 51,9 pada bulan Maret, headline Purchasing Manager’s Index™ (PMI) Manufaktur Indonesia dari S&P Global tercatat di atas titik netral 50,0 selama dua puluh bulan berturut-turut. Data terkini menunjukkan kinerja bisnis secara keseluruhan sejak bulan September 2022.
|Baca juga: PMI-BI Kuartal I/2023: Kinerja Industri Pengolahan Meningkat
Pekerjaan baru yang akan datang naik pada laju paling tajam selama tujuh bulan. Perbaikan kuat pada volume pesanan sebagian besar menggambarkan permintaan domestik yang kuat karena penjualan ekspor turun pada bulan April. Responden survei menyebutkan penurunan kondisi bisnis di beberapa tujuan ekspor luar negeri utama sebagai faktor penyebab penurunan kecil pada permintaan baru dari luar negeri.
Menurut perusahaan manufaktur peserta survei, kenaikan volume pekerjaan baru dan saluran penjualan yang kuat secara keseluruhan menyebabkan kenaikan lebih jauh pada jadwal produksi pada bulan April. Tingkat pertumbuhan output merupakan yang tercepat sejak bulan September 2022.
Beban kerja yang lebih besar mendorong kenaikan marginal pada jumlah susunan staf di seluruh sektor manufaktur, dengan laju penciptaan lapangan kerja merupakan yang paling tinggi selama lima bulan.
Sejumlah perusahaan menanggapi upaya untuk menaikkan kapasitas dalam rangka menaikkan penumpukan pekerjaan dan proyeksi positif terhadap tingkat output. Terlebih lagi, kenaikan terkini pada bisnis yang belum terselesaikan merupakan yang paling kuat sejak bulan September 2021.
Stok input terus naik, responden survei mengaitkan ini dengan pertumbuhan produksi mendatang. Akumulasi inventaris praproduksi terkini merupakan yang paling tajam sejak bulan Desember 2021. Sebaliknya, stok barang jadi menurun selama dua bulan berjalan pada bulan April. Beberapa perusahaan manufaktur mencatat bahwa penjualan yang lebih kuat dari yang diharapkan menyebabkan inventaris barang jadi menurun.
|Baca juga: Terus Lakukan Ekspansi, PMI Manufaktur Naik ke Level 51,9
Data bulan April menunjukkan aktivitas penjualan di seluruh sektor manufaktur. Kenaikan tingkat biaya input telah tercatat setiap bulannya sejak bulan September 2021. Terlebih lagi, tingkat pertumbuhan mendapatkan momentum lebih jauh pada bulan April dan merupakan yang paling cepat selama tujuh bulan. Perusahaan manufaktur Indonesia mengharapkan kenaikan berkelanjutan pada volume produksi selama tahun mendatang. Indeks ini naik selama dua bulan berjalan dan menunjukkan tingkat optimisme bisnis paling kuat sejak bulan November 2022.
Responden survei sering menyebutkan kenaikan kepercayaan diri terkait perkiraan jangka pendek untuk permintaan pelanggan. Terakhir, data survei terkini mengarah pada perlambatan baru pada inflasi biaya input. Biaya bisnis secara keseluruhan naik pada laju paling lemah sejak bulan November 2020, meski banyak laporan menyebutkan tekanan biaya dari kenaikan harga bahan baku semakin meningkat.
Sementara itu, biaya output naik marginal pada bulan April, dengan tingkat inflasi tidak berubah dari posisi terendah dalam 28 bulan pada bulan Maret.
Tim Moore, Economics Director S&P Global Market Intelligence, mengatakan menurut survei PMI S&P Global terkini, sektor manufaktur terus mendapatkan momentum setelah awal yang kurang baik pada tahun 2023. Kondisi bisnis membaik menggambarkan permintaan domestik menguat, yang mendorong kenaikan tercepat pada permintaan baru dan volume produksi selama tujuh bulan.
“Produsen barang tampak bersemangat tentang prospek pertumbuhan jangka pendek, dengan kepercayaan diri terhadap ekspansi ouput paling tinggi sejak bulan November. Terlebih lagi, lapangan kerja terus berlanjut pada bulan April dan stok pembelian terakumulasi pada laju tercepat selama 16 bulan untuk mengantisipasi kenaikan jadwal produksi,” jelasnya melalui keterangan resmi, Selasa 2 Mei 2023.
Dia menjelaskan kenaikan biaya bahan baku kembali ditambahkan ke dalam daftar pengeluaran bisnis. Akan tetapi, keseluruhan tingkat inflasi harga input kembali menghadapi tren penurunan pada bulan April dan merupakan yang paling rendah selama hampir dua setengah tahun. “Kondisi ini seharusnya membantu mengurangi tekanan pada margin pengoperasian, khususnya terhadap penyebab kenaikan tingkat sedang pada harga jual dari pabrik,” jelasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News