1
1

Volatilitas Rupiah Diperkirakan Hanya Bersifat Sementara

Ilustrasi perdagangan mata uang asing. | Foto: Ist

Media Asuransi, JAKARTA – Volatilitas mata uang rupiah terhadap dolar AS yang saat ini terjadi dinilai hanya bersifat sementara karena dalam jangka panjang dolar AS diperkirakan akan melemah terhadap mata uang global.

Melalui Mirae Asset Sekuritas Indonesia Macro Tracker bertajuk Macro Tracker – Global market updates: Temporary short-term volatility, ekonom Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan pasar global telah mengalami volatilitas yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir karena ketidakpastian terkait dengan pembicaraan debt ceiling dan data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan.

Data ketenagakerjaan AS juga melampaui ekspektasi konsensus. Spekulasi mengenai respons Federal Reserve telah berubah dengan cepat. Awalnya, ada ekspektasi tidak ada kenaikan suku bunga kebijakan di bulan Juni dan pemotongan di akhir tahun. “Namun, pasar sekarang memperkirakan tidak ada kenaikan di bulan Juni dan akan ada kenaikan FFR di bulan Juli.”

|Baca juga: Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah

Spekulasi akan masih berlanjutkan kenaikan suku bunga oleh The Fed telah mendorong penguatan indeks USD, melampaui level 104 dalam beberapa hari terakhir bulan Mei. Seiring kenaikan indeks dolar AS, Rupiah Indonesia juga terdepresiasi, ditutup pada Rp14.993 terhadap USD pada bulan Mei.

“Kami percaya bahwa volatilitas ini akan bersifat sementara, karena dalam jangka panjang, dolar AS diperkirakan akan melemah terhadap mata uang global. Kami berpandangan bahwa kenaikan suku bunga kebijakan Fed Mei akan menjadi yang terakhir.”

Rully menjelaskan perekonomian Indonesia terus mencatatkan keseimbangan eksternal yang sehat, yang menunjukkan surplus neraca berjalan dan neraca perdagangan. BPS akan merilis data inflasi bulanan Mei 2023 hari ini.

“Kami memprediksi inflasi IHK dan inflasi inti akan melambat masing-masing menjadi 4,12% YoY dan 2,77% YoY (vs 4,33% YoY dan 2,83% YoY di bulan April). Hal ini terutama disebabkan oleh semakin menurunnya faktor “low base” tahun lalu, terutama pada komponen harga yang diatur bersama dengan dampak lag yang berlanjut dari kenaikan suku bunga kebijakan.”

 

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post PasarPolis Tengah Mengincar Ekspansi di Malaysia dan Filipina
Next Post Asuransi Tunjukkan Kemampuan Adopsi Penerapan Digital Selama Pandemi

Member Login

or