1
1

Permintaan Baru Turun, PMI Manufaktur Indonesia pada Mei Merosot ke Level 50,3

Beberapa pekerja pabrik kendaraan bermotor sedang merakit motor. | Foto: Ist

Media Asuransi, JAKARTA –  Headline Purchasing Managers’ Index™ (PMI™) Manufaktur Indonesia dari S&P Global yang disesuaikan secara berkala turun dari 52,7 pada bulan April ke posisi 50,3 pada bulan Mei.

Kondisi sektor manufaktur Indonesia terus meningkat pada bulan Mei, meskipun laju pertumbuhan benar-benar lambat sejak awal triwulan kedua.

Produksi kembali meningkat didukung oleh pesanan yang ada dan kondisi pasokan yang lebih baik, tetapi laju pertumbuhan berkurang di tengahtengah kontraksi baru pada permintaan baru.

Alhasil, aktivitas pembelian meningkat dengan laju yang lebih lambat dan tingkat lapangan pekerjaan hanya mengalami sedikit. Sementara kondisi permintaan yang lebih lambat membantu mengurangi tekanan harga di perusahaan, kepercayaan bisnis melemah di tengah-tengah penurunan baru pada pekerjaan baru.

Headline Purchasing Managers’ Index™ (PMI™) Manufaktur Indonesia dari S&P Global yang disesuaikan secara berkala turun dari 52,7 pada bulan April ke posisi 50,3 pada bulan Mei. Hal ini menunjukkan peningkatan kesehatan sektor selama dua puluh satu bulan berturut-turut.

|Baca juga: PMI Manufaktur Indonesia pada April 2023 Terus Menguat

Namun demikian, laju ekspansi merupakan yang terendah yang tercatat sejak bulan November 2022 dan hanya sedikit. Pusat penurunan headline angka PMI adalah kemerosotan baru pada permintaan baru. Volume pekerjaan baru turun untuk pertama kalinya sejak bulan Agustus 2021, setelah naik dengan laju tercepat dalam tujuh bulan pada bulan April.

Menurut peserta survei, permintaan asing juga berkurang, dengan permintaan baru dari luar negeri turun selama dua belas bulan berturut-turut, baik permintaan domestik maupun internasional terpengaruh oleh kondisi pasar yang lebih lemah . Meskipun ada penurunan pada bisnis baru, beban kerja yang ada dan kondisi pasokan yang lebih baik menyebabkan peningkatan lebih lanjut pada produksi pada bulan Mei.

Laju ekspansi menurun ke posisi terendah dalam enam bulan, namun tetap memperpanjang kondisi laju pertumbuhan saat ini menjadi satu tahun. Sedangkan kondisi pasokan yang lebih baik disoroti karena tunggu pesanan yang lebih pendek selama empat bulan berturut-turut pada bulan Mei.

Sedangkan aktivitas pembelian meningkat karena peningkatan produksi, tetapi laju pertumbuhan juga berkurang karena permintaan menurun. Hal ini menyebabkan akumulasi input inventaris yang lebih lambat, sedangkan penyimpanan barang jadi mengalami kontraksi karena perusahaan ragu untuk memperluas inventaris praproduksi yang didukung oleh melemahnya kondisi permintaan.

Tingkat penyusunan staf terus naik pada bulan Mei karena perusahaan bersemangat untuk meningkatkan kapasitas tenaga kerja mereka untuk mengatasi produksi yang lebih tinggi. Namun, laju penciptaan lapangan kerja masih di tingkat marginal karena kepercayaan bisnis menurun. Optimisme secara keseluruhan di sektor manufaktur Indonesia untuk tahun yang akan datang menurun sejak bulan April karena kekhawatiran terhadap perkiraan masa mendatang sebagian mengimbangi harapan untuk penjualan yang lebih baik pada bulan mendatang.

|Baca juga: Kemenperin Terus Berupaya dalam Menjaga Pasar Produk Industri Manufaktur RI

Terakhir, tekanan harga terus mereda di seluruh sektor manufaktur Indonesia pada pertengahan menuju triwulan kedua. Secara keseluruhan, harga input meningkat pada laju yang sangat lambat sejak bulan November 2020, dengan perusahaan sering menyebut harga bahan mentah yang lebih lemah naik pada bulan Mei. Tekanan harga yang lebih lemah dan kondisi permintaan yang tidak berubah menyebabkan produsen Indonesia menaikkan harga jual mereka hanya sedikit dan pada laju di bawah rata-rata jangka panjang. Bukti anekdot juga menunjukkan bahwa beberapa perusahaan memberikan diskon untuk mendorong penjualan pada bulan Mei.

Jingyi Pan, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, mengatakan menurut data PMI S&P Global terbaru, pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia melambat pada pertengahan menuju triwulan kedua. Perkembangan utama pada survei terbaru adalah penurunan permintaan baru karena kondisi ekonomi domestik dan global yang lebih lemah mempengaruhi permintaan baru.

Menurut dia, sangat penting untuk memonitor seberapa tangguh penurunan permintaan terkini karena hal ini akan mempengaruhi perkiraan pertumbuhan jangka pendek. Namun demikian, kondisi permintaan yang lebih lemah menyebabkan tekanan harga bagi produsen Indonesia semakin berkurang, yang artinya inflasi harga jual yang lebih lunak di sektor produksi barang, sehingga mencerminkan upaya Bank Indonesia dalam menurunkan tekanan inflasi melalui pengetatan kebijakan moneter.

“Namun demikian, sangat mengkhawatirkan melihat bahwa sentimen bisnis tetap suram, dengan tingkat kepercayaan semakin turun di bawah rata-rata pada bulan Mei, mencerminkan kekhawatiran yang masih ada terhadap perkiraan pada tahun yang akan datang.”

 

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Diperkirakan Mixed, Ajaib Rekomendasikan ANTM, CLEO, BSDE
Next Post Rupiah Diperkirakan Berpotensi Lanjutkan Penguatan ke Arah Rp14.850

Member Login

or