1
1

OJK Ingin Pangkas Gap Literasi dan Inklusi Keuangan

Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK, Aman Santosa (tengah) pada acara Press Tour OJK di Batusangkar, 21 Juni 2023. | Foto: Edi Santosa

Media Asuransi, BATUSANGKAR – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai gap antara indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia dengan indeks inklusi keuangan. Berdasar Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022, indeks literasi keuangan tercatat sebesar 49,68 persen dan indeks inklusi keuangan sebesar 85 persen.

“Ada gap yang cukup besar antara inklusi dan literasi. Walaupun banyak masyarakat yang menggunakan jasa industri keuangan, namun banyak juga yang tidak mengerti bahwa itu inklusi ,” kata Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK, Aman Santosa pada acara Press Tour OJK di Batusangkar, Rabu malam, 21 Juni 2023. 

|Baca juga: OJK Terbitkan Aturan Baru Program Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme

Lebih lanjut dia katakan bahwa terjadi juga gap antara pedesaan dan perkotaan yang  cukup besar. Selain itu ada gap indeks literasi dan inklusi keuangan antardaerah.

OJK ingin agar  gap tersebut berkurang terutama di pedesaan. Salah satu yang dilakukan yakni  Program Desaku Cakap Keuangan tahun 2023, dengan program  role model atau generic model (GM) ekosistem keuangan inklusif (EKI) di wilayah pedesaan.

“Program ini akan menjadi acuan bagi Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD)  dalam menciptakan inklusif keuangan di daerah. Saat ini ada  491 TPKAD dengan rincian 34 di tingkat provinsi dan 457 di tingkat kabupaten/kota,” kata Aman Santosa.

Dijelaskan lebih lanjut bahwa yang menjadi sasaran OJK sebagai generic model atau role model di desa wisata.  Pasalnya desa wisata terdapat meningkatkan kepemilikan penggunaan produk dan layanan keuangan di desa wisata. Apalagi pada tahun 2022 di Indonesia ada 3. 553 desa wisata.

“Ini perlu kolaborasi untuk meningkatkan inklusi di daerah. Banyak potensi di daerah yang bisa menjadi titik ekonomi baru di  desa, salah satunya potensi wisata. Karena di desa wisata terdapat meningkatkan kepemilikan dan penggunaan produk dan layanan keuangan di desa wisata,” papar Aman Santosa. 

 

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Tutup Pendanaan US$240 Juta, Go-Ventures Ganti Nama jadi Argor
Next Post Disambut Menteri PUPR, Kaisar Jepang Naruhito Kunjungi Balai Teknik Sabo di Yogyakarta

Member Login

or