1
1

Ajaib: Laju IHSG pada Pekan Ini Diperkirakan Bergerak Sideways

Bursa Saham Indonesia. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Ajaib Sekuritas memperkirakan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan depan (10-14 Juli 2023) diproyeksikan bergerak sideways cenderung menguat dalam range 6.690-6.780.

Sepanjang Semester I/2023, Ajaib mencatat pergerakan IHSG melemah -2,68%. Penopang pergerakan IHSG pada periode tersebut adalah saham-saham Big Caps, khususnya pada sektor perbankan, barang konsumen primer, barang konsumen non primer, transportasi dan telekomunikasi. Sebaliknya, sektor dengan performa yang tertinggal, antara lain energi dan material dasar.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, menjelaskan saham di sektor konsumen primer menarik di tengah landainya harga komoditas sebagai bahan baku. Selain itu, baik sektor konsumen primer dan non primer mendapatkan katalis positif dari menggeliatnya konsumsi domestik ditambah menjelang periode pesta demokrasi tahun 2024, dimana konsumsi di sektor riil cenderung meningkat.

|Baca juga: Mencermati Prospek Positif Saham Sektor Konsumen

“Kedua sektor tersebut turut diuntungkan dengan terapresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, pasalnya sebagai besar komponen di segmen ritel dan primer cenderung impor, sehingga selisih kurs dapat diminimalisir dan berdampak pada kenaikan margin laba,” jelasnya dalam analisis per 8 Juli 2023.

Menurut dia, kokohnya permintaan domestik tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada periode Mei 2023 di level 128,3, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 126,1. Sejalan dengan itu, angka inflasi tahunan pada Juni 2023 di level 3,52% atau sesuai dengan target Bank Indonesia (BI) sebesar 2-4%, sehingga memberikan booster bagi kokohnya daya beli masyarakat.

Secara bersamaan, sektor transportasi menjadi sektor yang memiliki kinerja apik di paruh pertama 2023, hal ini didorong oleh turunnya harga bahan bakar di tengah naiknya tarif angkutan akibat lonjakan permintaan. Selain itu, sektor telekomunikasi juga menarik, aksi integrasi anak usaha, seperti Fixed–Mobile Convergence (FMC) dari beberapa emiten disinyalir dapat memotong beban operasi dan meningkatkan market share. Adapun konektivitas dan penetrasi internet yang terus tumbuh memperlebar Average Revenue Per User (ARPU) emiten telekomunikasi.

Di samping itu, kata Ratih, terdapat juga sektor yang performanya kurang signifikan, misalnya sektor energi dan barang baku. Melemah sektor energi diakibatkan turunnya harga komoditas batu bara, serta minyak dan gas (Migas). Contohnya batu bara, telah mengalami penurunan yang signifikan hingga level US$141 per ton (7/7/2023) atau terkoreksi -68,6% jika dibandingkan dengan puncaknya di Semester 3 tahun 2022 pada level US$450 per ton.

Sektor barang baku dan energi yang melemah sejalan dengan potensi turunya permintaan komoditas non migas Indonesia akibat lesunya kondisi ekonomi global. Suku bunga tinggi di negara maju, seperti Eropa dan Amerika Serikat (AS) membuat industri manufaktur tertekan karena turunnya permintaan. Sedangkan ekonomi China sebagai mitra dagang terbesar Indonesia juga masih belum menunjukan pemulihan walaupun stimulus telah diberikan untuk membangkitkan sektor industri manufaktur dan properti. Hal ini tercermin dari Indeks PMI manufaktur periode Juni 2023 di Kawasan  Eropa, AS, China masih berada di zona kontraksi.

Namun, pada perdagangan awal Juli 2023, sektor energi dan barang baku sedikit mengalami penguatan. Misalnya, sektor energi dan barang baku pada perdagangan 3-7 Juli 2023 terapresiasi masing-masing +4,57% dan +3,32%.

|Baca juga: MARKET REVIEW: Asing Net Buy Tapi IHSG Turun 0,60%

Katalis yang mempengaruhi sektor barang baku, yaitu stimulus dari pemerintah Indonesia untuk segmen properti terkait relaksasi PPN 11% untuk rumah bersubsidi yang tertuang dalam PMK 60/PMK.010/2023. Peraturan ini dapat memberikan dampak positif ke sektor barang baku, khususnya semen dan metal mining. Adapun hilirisasi yang terus dikembangkan akan meningkatkan Foreign Direct Investment (FDI) di sektor metal mining.

Jika dilihat secara global, belum ada katalis signifikan yang menjadi asa pergerakan sektor barang baku, terlebih sektor energi di tengah masih kuatnya potensi kebijakan moneter hawkish dari beberapa negara maju hingga di akhir tahun 2023.

IHSG pada pekan depan (10-14 Juli 2023) diproyeksikan bergerak sideways cenderung menguat dalam range 6.690-6.780.

Berikut trading plan yang perlu diperhatikan menggunakan analisis teknikal untuk 10 Juli 2023:

(Buy) EXCL di area Rp2.060 dengan target harga pada resistance di level Rp2.150 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp1.950.

(Buy) SMGR di area Rp6.400 dengan target harga pada resistance di level Rp6.650 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp6.150.

(Buy) MAPI di area Rp1.760 dengan target harga pada resistance di level Rp1.850 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp1.700.

 

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Mencermati Prospek Positif Saham Sektor Konsumen
Next Post JP Morgan: Peningkatan Modal Tidak Berpengaruh Negatif pada Pemulihan Reasuransi

Member Login

or