Asuransi Sinar Mas (ASM) membukukan premi bruto senilai Rp7,4 triliun di 2018. Angka tersebut naik 29 persen dibandingkan pencapaian periode yang sama di 2017 senilai Rp5,74 triliun. Direktur ASM Dumasi M M Samosir mengatakanbahwa kontribusi terbesar premi bruto berasal dari lima lini bisnis, yakni Asuransi Kebakaran yang menyumbang premi Rp2,63 triliun (35 persen), Asuransi Aneka Rp1,86 triliun (25 persen), Asuransi Kendaraan Bermotor (mobil) Rp1,24 triliun (17 persen). “Dari Asuransi Kesehatan Rp530 miliar dan Asuransi Marine Cargo Rp517 miliar sama-sama berkontribusi sebesar tujuh persen untuk premi bruto,” kata Dumasi saat Media Gathering di kantornya, 19 Februari 2019.
Dia melanjutkan, pada 2019, ASM menargetkan premi bruto senilai Rp7,9 triliun. Asuransi Kebakaran, Asuransi Kendaraan Bermotor, dan Asuransi Kesehatan diproyeksikan masih akan memberikan kontribusi terbesar untuk mencapai target tersebut. Karena tahun 2018 premi ASM mengalami kenaikan luar biasa, sehingga, pertumbuhan premi pada tahun ini tidak akan sebesar tahun lalu. “Tahun lalu premi kita tinggi sekali, itu juga di luar perkiraan. Dan, asuransi di marine ‘kan juga tidak diperbarui setiap tahun, jadi tahun ini tidak akan sebesar tahun lalu. Tingginya pencapaian premi bruto perusahaan tahun lalu adalah berkat strategi yang dijalankan ASM, mendorong rekanannya untuk menambah porsi asuransi dengan tetap memberikan pelayanan yang maksimal kepada rekanan tersebut. Tapi nanti setelah April, kita yakin pasar akan menanjak,” katanya
Oleh karena itu, meskipun target premi bruto tahun ini tak sebesar realisasi pertumbuhan 2018, ASM akan tetap mengoptimalkan segi pelayanan. “Kami juga akan terus berinovasi produk, mempermudah akses dan kecepatan layanan kepada nasabah melalui saluran digital. Sebagai contoh, dalam asuransi kesehatan, perusahaan ini akan meningkatkan layanan dalam pemberian informasi kesehatan, konsultasi kesehatan, dan pembelian obat melalui apotek Sinar Mas yang ditempatkan di Kantor Pusat ASM,” ucap Dumasi.
Khusus untuk asuransi marine cargo, Dumasi melanjutkan, persetujuan yang diterima ASM dari Kemendag untuk menggarap asuransi muatan laut (marine cargo insurance) untuk ekspor dan impor barang tertentu, memberikan peluang meningkatkan pendapatan premi dari lini bisnis ini. “Potensi bisnis jenis asuransi ini besar. Oleh karena itu, kita mendukung langkah pemerintah yang mewajibkan kegiatan ekspor batubara dan minyak kelapa sawit (crude palm oil atau CPO), serta impor beras dan pengadaan barang pemerintah untuk menggunakan asuransi nasional,” ujarnya.
ASM menargetkan premi bruto asuransi muatan laut bisa tumbuh enam persen menjadi Rp546 miliar. Sebelumnya, per tahun 2018, premi bruto dari lini bisnis ini mencapai Rp517 miliar atau naik 18 persen dibanding 2017 sebesar Rp439 miliar. Wik
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News