Media Asuransi, ACEH – Presiden Direktur PT Zurich General Takaful Indonesia (Zurich Syariah), Hilman Simanjuntak, mengatakan bahwa saat ini produk asuransi perjalanan masih menjadi primadona.
“Ini salah satu produk yang menjadi jagoan kita, yaitu produk travel. Sebenarnya sudah dari tahun kemarin dan menjadi bagian dari strategi kita, menjadi strategi yang tetap kita jalankan,” ujar Hilman dalam diskusi terbatas, di Aceh, Rabu malam, 2 Agustus 2023.
Asuransi perjalanan menjadi produk identitas asuransi umum syariah. Saat ini Zurich Syariah menjadi pemimpin dalam segmen asuransi perjalanan untuk umroh dan haji. Segmen tersebut tidak bisa di-cover oleh asuransi umum konvensional.
Sebelumnya, Zurich Syariah juga telah menerbitkan layanan digital direktori halal trip yang mendukung wisata halal baik di dalam maupun luar negeri. Hilman yakin tren tersebut akan terus bertumbuh.
“Kami yakin, ke depannya ini (halal trip) akan menjadi tren baru. Orang-orang akan melakukan perjalanan yang judulnya halal trip, dan semua komponennya juga harus mendukung definisi halal itu. Salah satunya adalah cover asuransinya juga harusnya dari asuransi syariah,” jelas Hilman.
|Baca juga: Sukses Berjalan, Asuransi Parametrik Zurich Syariah Segera Ekspansi
Secara pertumbuhan, lanjut Hilman, premi asuransi perjalanan tersebut mengalami kenaikan antara 10 hingga 20 persen secara month to month (mtm). Di samping itu, jumlah peserta tertanggung juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Bahkan saat perjalanan umroh dibuka kembali pada 2022, asuransi perjalanan Zurich Syariah mendapat sambutan baik dari masyarakat.
“Di awal-awal tahun 2022, saat itu pertama kali dibuka kembali perjalanan umroh, Zurich syariah bisa meng-cover 40 persen lebih jemaah umroh. Karena waktu itu produk kita punya kelebihan dibandingkan yang lain, yaitu cover risiko Covid-19,” jelasnya.
Namun, ketika pandemi Covid-19 telah usai, Hilman menyatakan bahwa kebutuhan untuk cover tersebut kini sudah tidak ada. Sehingga, saat ini yang dicari oleh masyarakat adalah terkait cover yang tengah dibutuhkan oleh nasabah yakni lebih basic.
“Sehingga itu mempengaruhi nilai premi per polisnya. Jadi number of polisnya atau jumlah pesertanya growing. Umroh ‘kan mengikuti, mungkin bisa ikuti juga dari yang tahun lalu,” ungkapnya.
Saat ini, Hilman menyebutkan bahwa terdapat sekitar satu juta pemilik polis. Perseroan akan menumbuhkan kembali guna balik ke posisi yang normal. Namun secara amount, jumlah premi tidak akan bisa tumbuh signifikan. Karena nilai premi per polis akan menjadi lebih kecil.
Menurut Hilman ini merupakan keadaan normal terkait dinamika kebutuhan dari customer. “Dan itu harus kita ikuti. Kita nggak bisa paksakan produk kita ini tetap pakai yang sama. Kalau kebutuhannya nggak ada ya buat apa,” lengkapnya.
“Kita juga balik lagi produk kita kembali ke kebutuhan customer. Kita memang fokusnya ke kebutuhan customer seperti apa. Nah kita mencoba memberikan proposisi dan produk yang bisa memenuhi itu,” pungkasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News