1
1

Sensasi Rasa Sate Nusantara

    Setahun yang lalu, PT AIA Financial Indonesia mengundang pesohor sepak bola David Beckham dalam acara “AIA Sepakbola Untuk Negeri” di Jakarta. Saat itu Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Imam Nahrowi berseloroh pada maestro sepak bola Ingris tersebut “Pak David Beckham, selamat datang di Jakarta. Semoga setelah ini kita bisa makan nasi goreng dan sate” kata Imam diiringi tawa renyah para hadirin. Nah, pada edisi kali ini rubrik Leisure akan membahas aneka sate sebagai hidangan yang populer dan khas dari berbagai daerah di Indonesia. Makanan ini pun bisa kita temui dari yang dijajakan di kaki lima, kedai, hingga yang disajikan di restoran dan di gerai pusat jajan di mal-mal besar.

   Jika masyarakat internasional familiar dengan istilah makanan barbeque, masyarakat Indonesia sangat mengenal makanan tradisional yang tidak kalah lezatnya, yaitu sate. Dilihat dari bahan utama dan proses memasaknya, makanan ini sama-sama merupakan olahan daging yang dibakar. Namun perbedaannya terletak pada cara memasak serta bumbu yang digunakan. Secara umum sate merupakan daging yang ditusuk dengan lidi dan kemudian dibakar untuk proses pematangan. Makanan ini menjadi salah satu kuliner andalan tanah air yang menjadi incaran wisatawan manca negara. Bahkan sekelas Mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama sudah tidak asing lagi dengan jenis makanan ini.

    Menurut survei dari World’s 50 most delicious foods, sate termasuk makanan terlezat ke-14 di dunia. Di Indonesia terdapat lebih dari 40 macam olahan sate. Secara spesifik, keragaman jenis makanan ini ditentukan oleh daerah yang ditenarkan. Antara lain, ada Sate Madura, Sate Padang, Sate Blora, Sate Tegal, Sate Ponorogo, dan lainnya. Penamaan makanan ini juga ada yang diambil dari proses pengolahannya seperti Sate Lilit, sate ala Bali ini bahan dasarnya daging ikan dicampur parutan kelapa, bumbu dan rempah, lalu dililitkan ke tusukan bambu tipis kemudian dibakar hingga matang. Jika tak ada tusukan bambu, bisa diganti batang serai yang akan menambah aroma khas.

    Ada pula Sate Buntel, hidangan khas Solo berisi daging kambing cincang serta dibungkus lemak kambing lalu dibakar dan disajikan dengan bumbu kecap. Sate Klathak khas Bantul, Yogyakarta, adalah sate daging kambing muda yang ditusuk dengan jeruji sepeda. Proses pembakarannya hanya dibumbui garam saja dan polos warnanya. Sate klathak uniknya cara penyajiannya dengan kuah gule kambing yang kental. Ada yang agak esktrem namanya Sate Kalong, tapi sate ini bukan terbuat dari daging kalong, melainkan daging kerbau yang populer di Cirebon. Konon, disebut sate kalong karena penjual menjajakan dagangan selepas petang hingga malam hari. Bahkan ada yang disebut Sate Torpedo, dari penis kambing yang dipercaya dapat meningkatkan potensi seksual kaum pria.

    Sekalipun kebanyakan masyarakat mengenal bahan baku sate bersumber dari ayam, sapi, atau kambing, namun tidak sedikit pula makanan ini berasal dari hewan lain seperti kerbau, kelinci, udang, kerang, kuda, dan binatang lainnya baik yang hidup di darat maupun laut.

   Media Asuransi pun berkesempatan menyambangi eksekutif perusahaan asuransi yang hobi kuliner. Adalah Presiden Direktur PT Tugu Pratama Insurance Tbk (Tugu Insurance) Indra Baruna termasuk salah satu eksekutif asuransi pecinta kuliner sate ini. Baginya sate itu dapat diklasifikasikan dengan berbagai macam, sekalipun sama-sama dari kambing atau ayam.

    Dia pun hafal tipe Sate Tegal yang menggunakan daging kambing muda, dan warna daging kemerah-merahan, pasti sate seperti ini sangat empuk.

    Kepada Media Asuransi, Indra mengaku Sate Tegal yang menjadi favoritnya adalah yang ada di Bendungan Hilir yaitu Sate Tegal H Sadjim dan Sate Batibul Bang Awi yang di Jalan Saharjo, Tebet. Kata Indra, sate yang tak kalah enaknya yaitu sate kiloan yang ada di Sentul. “Karena sistem pemesanannya kiloan, jadi kita bisa memilih jenis daging yang kita inginkan. Mau murni daging, atau ada lemaknya,” tuturnya.

    Lebih jauh, Indra menjelaskan, soal seni bakar-membakar daging Kambing ini, sebenarnya bukan orang Arab saja, tapi juga ada Sate Kambing Chinese Style. Di Indonesia sate ala Chinese Style ini merupakan Sate Kambing paling mahal harganya. Untuk Sate Cina, Indra lebih memfavoritkan warung Sate Kim Tek yang berlokasi di Jalan Panjang, Jakarta Barat. “Satu tusuk harganya sekitar Rp22-Rp24 ribu. Jadi dalam satu porsi ada 10 tusuk, harganya bisa Rp200 ribuan. Daging sate itu, ueemmpuknya… setengah mati. Enak sekali. Itu sate paling mahal yang saya coba. Bedanya dengan sate di pasaran yaitu kecapnya ditaburi bawang goreng. Namun sayangnya, Sate Kim Tek ini tidak ada lemaknya. Sate kambing tidak lengkap jika dagingnya tanpa lemak sama sekali,” ungkapnya.

   Khusus sate kambing berlemak, Indra sangat suka mengunjungi warung Sate Blora yang berlokasi di Kalibata, Jakarta. Dia juga suka dengan Sate Klathak. Untuk jenis sate ini yang rasanya paling mengesankan ada di Yogyakarta, yaitu Sate Pak Bari, dan Sate Klathak Pak Pong.

    Khusus untuk sate ayam, Indra menyukai Sate Ponorogo. Menurutnya ada perbedaan mendasar antara Sate Ponorogo dan Sate Madura yang biasa ditemui, bumbu Sate Ponorogo lebih halus ketimbang Sate Madura. “Pada intinya semua jenis sate saya suka. Namun kalau dari jenis bahan utamanya, Saya lebih antusias sate kambing ketimbang sate ayam. Yang jelas saya kurang menikmati sate yang ada di mal-mal. Mau makan sate kok ke mal, warung sate itu ya… yang ada hitam-hitam di dindingnya. Bekas asap pembakaran,” tandasnya.

    Selain Indra Baruna, Kepala Bagian Pemasaran PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Bumida) Hendra Cahya juga menyukai masakan dari berbagai macam jenis sate. Dalam hal ini, Hendra lebih menyukai sate sapi dan sate kambing atau domba. Sate sapi yang disukai adalah Sate Maranggi yang memiliki tekstur sangat lembut. Kepada Media Asuransi, Hendra menjelaskan, Sate Maranggi sebenarnya juga ada yang terbuat dari daging kambing, tapi dia lebih suka sate daging sapinya. “Ada juga Sate Maranggi dengan bumbu oncom biasanya dimakan bersama ketan bakar. Sate domba juga jadi favorit saya biasanya menjadi menu yang dinikmati bersama teman-teman kantor,” ungkapnya.

     Untuk tempat favorit, Hendra mengungkapkan Sate Maranggi idolanya ada di Purwakarta, yaitu Sate Maranggi Sambal Tomat Hajji Yetti. Sedangkan untuk yang sambal oncom berlokasi di Cipanas. Sedangkan untuk sate domba, dirinya termasuk pelanggan setia Warung Sate Selasih kebetulan berlokasi tidak jauh dari kantornya. “Sate Maranggi dengan sambal tomat yang enak di Sate Maranggi Haji Yetty Purwakarta, sedangkan Sate Maranggi Sambal Oncom biasanya makan di daerah Cipanas dekat Istana Presiden arah Cianjur, Sate Maranggi Sari Asih namanya. Sedangkan sate domba di samping kantor Pusat Bumida di Woltermonginsidi, Sate Selasih by Dapur Mamih namanya,” jelasnya.

    Selain bersama teman-temannya, Hendra terkadang sengaja bergerilya mencari restoran sate bersama keluarganya. Namun jika bersama keluarga, Ayah dua anak ini lebih menikmati kebersamaan dengan menu Sate Padang. Pasalnya, anak-anak lebih mengidolakan sate berbumbu kuning ketimbang jenis sate lainnya. “Sate Padang juga jadi favorit keluarga bersama istri dan anak-anak. Sate Padang favorit kami berlokasi di dekat kantor yaitu Sate Padang Ajo Ramon. Begitu juga dengan Sate Padang yang berlokasi di dalam Perumahan Pulo Gebang Permai,” tandasnya. B. Firman

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Berkendara Aman dan Nyaman Bersama Hyundai Grand Santa Fe
Next Post Perserta Lulus Ujian Reguler AAJI

Member Login

or