1
1

IFG Progress: Penerapan CBDC Berpotensi Mendisrupsi Industri Asuransi

Holding perasuransian dan pembiayaan. | Foto: Ist

Media Asuransi, JAKARTA – Hasil riset yang dilakukan oleh IFG Progress menunjukkan bahwa penerapan Central Bank Digital Currencies (CBDC) interest bearing berpotensi mendisrupsi asuransi dengan dampak dari CBDC terhadap sektor perbankan.

Dalam Economic Bulletin-Issue 31 bertajuk Potensi Dampak CBDC terhadap Industri Asuransi di Indonesia, tim riset IFG Progress yang dipimpin oleh Reza Yamora Siregar menyimpulkan bahwa perkembangan teknologi merupakan sebuah aspek yang tidak dapat dihindari dan tak jarang menimbulkan disrupsi dari banyak sisi.

Perkembangan teknologi tersebut telah menciptakan banyak inovasi dalam sektor keuangan tak terkecuali dengan munculnya cryptocurrencies yang mana hal mata uang tersebut tidak dapat diregulasi oleh bank sentral secara langsung.

|Baca juga: IFG Progress: Industri Asuransi Syariah Indonesia Belum Berkembang

Dengan munculnya berbagai cryptocurrencies serta potensi efisiensi dalam penggunaan mata uang kripto membuat banyak bank sentral berencana untuk mengeluarkan Central Bank Digital Currencies (CBDC). Central Banking Digital Currency atau CBDC menjadi instrumen baru yang berfungsi sebagai komplemen uang karta yang sudah ada.

Pun demikian, tulis IFG Progress, adanya CBDC tentu menimbulkan disrupsi dalam perekonomian, terlebih dengan adanya bentuk CBDC dengan interest bearing yang dibuat untuk menarik minat masyarakat dengan memberikan sebuah “insentif” bagi pengguna CBDC. Penerapan CBDC interest bearing pada dasarnya berpotensi mendisrupsi asuransi dengan dampak dari CBDC terhadap sektor perbankan.

Dengan demikian, tulis IFG Progress, studi ini bertujuan untuk menelaah potensi dampak dari adanya Central Bank Digital Currency dengan interest bearing terhadap industri asuransi di Indonesia dengan analisis empiris mengenai keterkaitan industri asuransi dengan perbankan mengingat transmisi dampak CBDC interest bearing pada dasarnya akan memengaruhi industri perbankan terlebih dahulu.

Berdasarkan data empiris serta scatter plot tebukti bahwa adanya CBDC interest bearing berpotensi untuk meningkatkan suku bunga deposito di mana kenaikan suku bunga deposito akan meningkatkan suku bunga pinjaman atau kredit. Adanya peningkatan suku bunga pinjaman selanjutnya akan diikuti dengan adanya penurunan tingkat kredit dalam masyarakat dan penurunan realisasi investasi.

|Baca juga: Syarat Pasarkan Asuransi Kredit dan Suretyship, Ekuitas Asuransi Umum Minimal Rp500 Miliar dan Ekuitas Asuransi Umum Syariah Minimal Rp250 Miliar

Dengan kenaikan suku bunga tersebut maka akan semakin mahal biaya kredit yang ada dapat berdampak terhadap menurunnya realisasi investasi. Penurunan total kredit tersebut akan berimbas pada penurunan total premi asuransi kredit yang mana hal tersebut terbukti dalam bukti empiris di Indonesia bahwa total premi asuransi memiliki hubungan yang positif terhadap total penerimaan kredit.

Jika ditinjau dari sisi industri asuransi, adanya potensi penurunan kredit yang disalurkan oleh perbankan dan peningkatan saving baik melalui perbankan atau dengan menggunakan CBDC yang memberikan bunga akan menyebabkan adanya penurunan tingkat penggunaan asuransi yang ditandai dengan semakin berkurangnya rasio penggunaan asuransi dengan simpanan di tabungan dari masyarakat. Hal ini bisa disebabkan karena rumah tangga memiliki kecenderungan untuk menyimpan uangnya secara lebih di perbankan dengan lebih tingginya tingkat bunga yang ditawarkan dan membatasi alokasi biaya yang dimiliki untuk diletakkan di asuransi jiwa (Bank for International Settlements, 2021).

Tidak hanya dari sisi asuransi jiwa, disrupsi CBDC juga dapat terjadi melalui sisi asuransi kredit. Dalam hal ini, credit insurance atau asuransi kredit merupakan sebuah aspek yang erat dengan kredit perbankan. Credit insurance memungkinkan perbankan untuk meningkatkan keuntungan dengan mengurangi tingkat kerugian dari adanya risiko kredit.

Tidak hanya itu, adanya credit insurance juga menjadi salah satu faktor penyokong dalam peningkatan ekonomi serta menjaga stabilitas keuangan (Jones, 2010). Dengan demikian, ketika terdapat kontraksi pada jumlah kredit perbankan serta realisasi investasi, maka credit insurance yang menjadi salah satu aspek dalam penyaluran kredit akan turut mengalami kontraksi karena adanya penurunan jumlah premi yang bisa diperoleh dari adanya penurunan tingkat kredit.

Selanjutnya, dari sisi asuransi umum, terlihat bahwa total premi asuransi umum memiliki hubungan yang positif dengan realisasi investasi. Adanya penurunan realisasi investasi akan turut menurunkan tingkat premi asuransi umum. Dengan demikian, jika dilihat berdasarkan data empiris di Indonesia terlihat bahwa adanya interest bearing CBDC atau adanya remunerasi pada pemegang CBDC pada dasarnya berpotensi untuk turut mendisrupsi industri asuransi di Indonesia.  

 

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Ardonagh Group Menyelesaikan Proses Akuisisi Classicus
Next Post Asrinda Arthasangga Gelar Khitanan Massal

Member Login

or